Heichi Sugiyama

Dia adalah seorang penyair asal Jepang yang bulan Oktober ini menjadi penyair bulan ini dalam situs www.poetryinternational.org. Selain menjadi penyair, beliau yang lahir di tahun 1914 ini juga adalah seorang kritikus film.

Berikut, beberapa karyanya yang terkenal, yang saya coba terjemahkan dengan bebas.


Heichi Sugiyama
Lagu

selembar kertas bekas yang lusuh
itulah aku
mencoba kembali berbentuk
ia gemerisik dan bergumam

sebuah tiang rumah
akulah dia
pada kedalaman malam di mana sekeluarga pulas
ia berderit

gorong-gorong di bawah jalan beraspal
itulah aku
larut malam saat tak ada lagi yang bergerak
ia bernyanyi

Heichi Sugiyama
Kunjungan

kupencet tombol panggil pada gerbang
yang pasti menderingkan sebuah bel
menyalalah lampu di pintu masuk
dan kudengar, "Siapa itu?"
mendadak anjing mulai menyalak
seorang kanak pun menangis
ada suara, mungkin ibunya, marah
Aku merasa sesuatu terjatuh ke lantai,
sebuah pesawat menderu di atas kepalaku
menghirup nafas dalam-dalam kukumpulkan seluruh diriku dan berseru,
"Aku Tuan Sugiyama."

Heichi Sugiyama
Pencapaian

stasiun itu telah menua dan disaput jelaga. kotor juga kaca jendelanya. seorang pekerja stasiun dengan penuh kehati-hatian akan menyekanya, tetapi seperti sebelumnya akan berjelaga segera. suatu malam kulihat dengan sangat jelas satu bidang jendela. Bahkan menembusi kegelapan di luar sana. saat mendekat, aku tersadar, tak ada kaca di sana, ia telah mencapai apa yang telah lama diharapkannya, diperjuangkannya, dalam ketinggian jeritan. kesiut angin dingin datang dari luar yang nir cahaya.

Heichi Sugiyama
Bola Sodok

yang dapat kulakukan hanya berlari saat

tahu rasa sakit itu menyerang
aku dihantam dengan sekuat daya
memangnya, apa lagi yang bisa kubuat?

aku dilontarkan
sekali lagi menghantam dinding
saat
sebuah jalan, tak diduga,
tiba-tiba terbuka.

Comments

Usup Supriyadi said…
menarik terjemahan bebasnya :)
apakah menerjemahkan itu sebuah proses yang baik bagi seorang penyair?

tabik!
dedyriyadi said…
saya melakukan proses membaca untuk memperkaya pengetahuan saya. menerjemahkan itu bagian dari membaca saja.
Usup Supriyadi said…
menarik. saya akan coba ikuti jejaknya ah. hehehe

tetap berkarya ya, mas.

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun