Orang Gila di Seberang Jalan

Dia menatapku. Tidak. Dia menjangkauku.
Kata-kata berterbangan dari matanya.
Juga dari kumisnya, rambutnya, dan daki
di sekujur badannya.

Dia mencariku. Pasti. Meneroka setiap
liang luka yang aku punya. Dan kata-kata
seakan kupu-kupu mencumbu bunga.
Berkeriapan di rambutku, kumisku, dan
pada daki di seluruh badanku.

Dia di seberang jalan.
Aku di simpang bimbang.

Sementara lalu lalang sepeda motor, taksi,
metromini, dan mobil pribadi, di pagi ini
menemu arti.

2011

Comments

Usup Supriyadi said…
ada kosakata baru buat saya : "meneroka" ^-^

menarik. saya kadang kerap sekali memperhatikan orang-orang gila di jalanan...

kadang mereka pun memperhatikan, entah apa yang mereka pikirkan tentang saya ya. *halah*
dedyriyadi said…
saya menyadari bahwa mencintai puisi adalah kegilaan tersendiri buat saya.

di samping itu pula, ada cerita tentang seorang teman lama yang ternyata sekarang menjadi sakit jiwa.

begitulah hidup. mungkin bisa ditandai dengan beraneka hal yang berseliweran pada sebuah pagi.
Usup Supriyadi said…
dan sepertinya mas bahagia dengan kegilaan tersebut? saya pun tengah memupuk mabuk akan puisi nih. iihihihi

iya, hidup memang begitu.

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun