Wajah Pemberontak ala Shappcot





Dia ingin punya mata yang teduh,
tapi juga kata yang bersungguh.
Tak diinginkan lagi wajah penuh amarah.
Tak juga perlu ada bercak darah.

Dia ingin memberi pelukan pada bayi yang rapuh.
Seperti puisi dengan bahasa bertelimpuh.
Duduk bahkan meringkuk dalam kedamaian.
Bukan sekadar dalam keramaian.

Seperti wajah yang bisa berkata
tanpa menuduh, dia menyatakan cinta
tanpa perlu merasa ripuh.

Dia lembut seperti bulu-bulu
merpati. Penurut seperti anak-anak
serigala. Selalu waspada persis
desis ular kobra. Kepadanya, seluruh
harapan menjadi bunga.

Menjadi ikan di rongga udara.
Menjadi angsa yang paham betapa
kehangatan perlu dirambatkan

serupa warna. Dia ingin membungkus dirinya
dengan cerita, tapi akan ditampakkan wajahnya
dengan aroma dari belantara, dari penggalan

puisi-puisi lama tentang daya anak manusia.

2015

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun