Ketika Pavarotti Menyanyi Pieta




“Ada yang lebih pedih
daripada luka,” katamu,
semisal menuliskan puisi
tentang kasih.

“Karena kasih itu sempurna?”
Lelaki yang tampak lelah bertanya.

“Karena kasih itu seperti seorang ibu.”
Dia berbisik. Suaranya timbul tenggelam
di antara isak. Dia memondong jasad
anaknya.

“Ada yang lebih tak pasti
dari masa depan,” katamu,
semisal mengira bagaimana
puisi tentang kasih itu akan
dibacakan.

“Seperti saat ini?
Ketika Pavarotti menyanyi Pietà?”
Seorang perempuan,
kukira ia – kekasih lelaki itu,
ikut menimpali.

“Seperti masa lalu,” katanya sambil
terus menangis. Airmatanya seakan
tak pernah habis.

Tak kulihat lagi
jasad anak
yang sedari tadi
dibawanya.

Mungkin dia telah menguburkannya.
(Atau waktu yang telah menguburkannya?)

2016

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun