Kisah Kemarau


Kemarau ingin pulang ke kampung halaman
negeri yang selalu hujan saat dia menghilang
diambilnya jatah cuti tahunan yang masih sisa berbulan-bulan

Dipesannya tiket pesawat kelas eksekutif
supaya bisa berbincang dengan penumpang bersuara petani
yang kerap melancong ke luar negeri, demikian dia beralasan
"Tak mengapa walau cuma sebentar", katanya malu-malu
takut dianggap terlalu ingin tahu
urusan orang lain

Sebenarnya, dia ingin mengorek keterangan resmi
sebagai upaya beroleh kebenaran
dari kabar yang tersiar
bahwa jika dia kerja lembur,
para petani tak kan pernah hidup makmur

Padahal tugas yang diembannya sangat jelas
menjaga keseimbangan cuaca di negeri hujan
bahkan untuk para petani,
dia sudah berikan bonus
berupa matinya jamur dan fungus

Dalam hati dia sangat yakin
jika para petani telah menghitung
segala kemungkinan dengan pasti
Toh, dia kerja bukan baru kemarin?

Tapi penumpang yang ditunggu berkomentar
tak pernah selesai berkelakar
bahkan terus bercerita
tentang negeri-negeri bermusim empat
yang akrab dijadikan tempat kencan

Belum lagi sempat dia bertanya
terdengar kabar dari petugas bandara
pesawat yang ditumpanginya tak mungkin bisa mengudara
"kabut asap sudah terlalu pekat!"

Dicobanya untuk tetap tabah
sewaktu penumpang yang duduk di sebelah
mulai bersumpah serapah
sebut namanya sebagai tersangka utama
kebakaran hutan di mana-mana

Dengan lirih dia menjerit perih
"Aku pun rindu bertemu hujan; pembasuh lelahku
setelah berbulan-bulan kerja tak kenal waktu"

Jakarta, November 2006

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung