Kita pun Bertukar Sebelah Sepatu

Sajak Hasan Aspahani
: Dedy TR

KITA dulu bertemu ketika kita masih belajar berjalan.
Masih sama telanjang kaki. Kau membanggakan
parut di telapak dan lutut. Aku bercerita soal sakit
ketika rambut yang mulai tumbuh di kaki harus dicabut

KITA pernah terpincang-pincang. Nyaris saja jatuh. Dan
mengira gunung yang hendak ditaklukkan terlalu tinggi
untuk kaki kita yang masih juga telanjang. "Kita tak
boleh
letih," katamu. Kita mengenang Sepatu di puncak itu.

KITA bertemu lagi setelah punya sepasang sepatu. "Tapi
aku tak sempat lagi kemana-mana," katamu. "Ah, mungkin
sepatu barumu perlu dibawa jauh dari toko yang
menjualnya dulu," ujarku. Dan kita bertukar sebelah sepatu.
Sepatu palsu.

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung