Columbus dan Cinta yang Tak Pernah Pertama
Kupeluk pinggangmu, lalu terbayang
Columbus di geladak Santa Maria*
memandangi Nina* dan Pinta*
pada petualangan pertama.
Nafasku menderu, sedahsyat gelombang
di laut biru, "Menepilah pelaut, kita
nyaris tenggelam!" Tapi langit terang,
dan kau berbisik seperti camar sedang
mencari sarang di pantai, di batuan karang.
Dengan diam, kuhitung satu demi satu
tiang layar, rambutmu yang urung terumbar
karena belum reda segala badai, dan
pantai tujuanku tak jua sampai.
Inilah cinta pertama, petualang seperti
aku adalah pelaut tanpa nama. Di mana
jangkar belum tertambat benar, layar
masih berkibar, namamu kusapa samar.
* = nama kapal-kapal layar Columbus
Terimakasih untuk Bang Hasan yang telah
menjadikan puisi ini jadi lebih baik dibanding
kan dengan versi sebelumnya.
Columbus di geladak Santa Maria*
memandangi Nina* dan Pinta*
pada petualangan pertama.
Nafasku menderu, sedahsyat gelombang
di laut biru, "Menepilah pelaut, kita
nyaris tenggelam!" Tapi langit terang,
dan kau berbisik seperti camar sedang
mencari sarang di pantai, di batuan karang.
Dengan diam, kuhitung satu demi satu
tiang layar, rambutmu yang urung terumbar
karena belum reda segala badai, dan
pantai tujuanku tak jua sampai.
Inilah cinta pertama, petualang seperti
aku adalah pelaut tanpa nama. Di mana
jangkar belum tertambat benar, layar
masih berkibar, namamu kusapa samar.
* = nama kapal-kapal layar Columbus
Terimakasih untuk Bang Hasan yang telah
menjadikan puisi ini jadi lebih baik dibanding
kan dengan versi sebelumnya.
Comments