Pesta Sepatu

Adakalanya penyair pergi ke pesta. Melupakan sepi
sementara. Mencari kata-kata di udara terbuka.
"Siapa tahu bisa berkenalan dengan puisi yang cantik."
Malam ini, aku percaya diri dengan tubuh yang paling batik.

Sesampai di pesta, kucoba tukarkan kartu derita
dengan segelas tawa. "Jangan hilang sobekannya,
nanti akan diundi di akhir acara," ujar pria bersepatu
yang berdiri di samping pintu. Entah dia penunggu
atau yang ditunggu-tunggu tetamu, karena begitu
sampai, dia yang dituju lebih dahulu.

Belum sempat kuteguk minuman pembuka, aku
kaget setengah mati. "Kenapa sepiku ada juga di sini?"
Mungkin diam-diam dia menyelinap pergi,
sebelum pintu sempat kukunci. Dengan ragu, aku
pun menghampiri.

"Ah, kau diundang juga?" Dia lebih cepat bertanya.
Antara kesal dan malu, aku tersipu. Ketika tertunduk,
baru kusadari : aku salah memakai sepatu!

"Tenang saja, ini pesta sepatu. Kau boleh berkencan
semalam dengan sepatu paling idaman." Entah kenapa,
sepi kurasakan begitu menenangkan.

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun