: Sihar 1/ Yang Kau sebut Bodhi itu telah berakar di hati dan rimbun daunnya seperti hari-hari yang tenang, saat kau memandang: ada yang serupa lanskap lembah dan ladang. Seperti tegak karang pada pot datar, di mana akar-akar kecil itu melingkar, memegang, dan mencengkeram ruang kosong yang tak bimbang menjagamu dalam rupa Sang Pertapa. 2/ Tapi, Kau memilih terlahir sebagai pecinta yang tabah. Kau hitung ulang sudut-sudut tak kasat mata: dari antara pucuk, ranting, batang, dan batu karang, juga bidang pot itu. Sebelum kau masuki dunia yang benar-benar sunyi; dunia daun-daun yang ingin meluruhkan diri. 3/ Apa yang Kau pegang sekarang? Selain sebentuk ranting, dan rasa yang begitu ingin tak berhenti untuk memandang: betapa teduh mata bumi, betapa sungguh tangan matahari. Lalu angin; dia yang selalu berbisik; Inilah saat yang jangan pernah sekali-kali kau usik! 4/ Jadilah kesunyian ini abadi, seperti mata yang selalu mengenali. Agar bernama setiap pokok, berwarna setiap batu, dan sejumlah