Narapidana
Aku mengenalmu dari segala yang dingin dan diam:
lantai semen, terali besi, rantang kosong di sudut ruang.
Usiamu; deret turus tak tuntas ditulis di dinding.
"Hari esok : antara terlahir kembali atau mati," begitu katamu.
Setiap malam, kita bergantian membaca bait-bait sajak Chairil;
- Tambah ini menanti jadi mencekik. Memberat-mencekung punda.
- Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.
agar pada pagi hari, kita menyair tubuh sendiri, mencari sajak sendiri.
Dalam remang cahaya di jendela, aku melihat wajahmu
seperti langkah-langkah waktu yang bergegas itu
: yang meninggalkanku.
2010
lantai semen, terali besi, rantang kosong di sudut ruang.
Usiamu; deret turus tak tuntas ditulis di dinding.
"Hari esok : antara terlahir kembali atau mati," begitu katamu.
Setiap malam, kita bergantian membaca bait-bait sajak Chairil;
- Tambah ini menanti jadi mencekik. Memberat-mencekung punda.
- Tubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.
agar pada pagi hari, kita menyair tubuh sendiri, mencari sajak sendiri.
Dalam remang cahaya di jendela, aku melihat wajahmu
seperti langkah-langkah waktu yang bergegas itu
: yang meninggalkanku.
2010
Comments