Baju

1/
Bayangkan sehunus pedang
sedang menembus tubuhmu.

2/
Sekarang, seluruhnya
adalah rongga yang terbuka:
penuh suara.

Berserapah akan segala apa yang bisa disebut,
merambah segala sisa yang bisa direnggut.

Seperti berlari hampir garis akhir,
ada yang meledak-ledak di dada ini.

Inilah waktu untuk mengancing,
membentuk-padatkan hal-hal tak penting.

Dan saat kau sentuh setiap ujung dan rumbai,
sebentuk badan terpadu-padan sempurna.

3/
Duduklah tegak dan sedikit sombong,
karena selain engkau hanyalah kosong.

Tapi dengarkan setiap decak dan bisik,
supaya kau tahu : mana yang lecek,
mana yang perlu ditisik.

Lalu kita kembali menjadi orang-orang baik
: orang-orang yang tak pernah saling usil mengusik.

4/
Katamu: "Aku tak pernah belajar memegang pedang."
Aku ingin percaya, tapi, potongan ini begitu langsing.

Dan tanpamu, aku begitu asing.

2010

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun