Kita Bercinta seperti Angin di Gunung Itu

Kita bercinta seperti angin di gunung itu
dilembutkan suara hutan dan air terjun,
dipagutkan warna satwa dan segala rumpun.

Sampai kita tak bisa bedakan: itu percik atau embun.

Cahaya matahari memintal bayangannya sendiri,
seperti aku yang tak menyesal hilangnya diri,
sedangkan kau - gemawan di ujung ufuk,
memukau tubuh ladang yang menguning jeruk.

Kita bercinta seperti angin yang sampai
di sebuah dangau, meningkah sayup suara
gending di radio yang merasuk dalam mimpi siang
petani yang lelah.

Sementara seekor kerbau sibuk memamah rumput
di sebuah kubangan, di dekat sungai. Seperti aku
yang takjub - bagaimana cinta selembut maut,
tiba-tiba mengingatkan akan Tuhan.

2011

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun