Posts

Showing posts from November, 2016

Roadtrip Songs

The distance is going back to Cali. Take it easy, keep the car running. Jack & Diane are running on empty but two of us are going up to country. Don't stop believin' just runnin' down a dream. Where the streets have no name, this ramblin' man on the road again. Let me ride mustang sally. Have love will travel, Mr. Blue Sky? Let the fast car hit the road jack. Roadrunner was born to be wild. On the road again, I drove all night. The golden age of green onions. Truckin' Graceland, I've been everywhere. I gonna be 500 miles from Interstate love song. 2016

Golgota

Kau akan punya puncak bukitmu sendiri. Tempat kau teriakkan sakitmu itu. Perjalanan mendaki ini, telah dimulai sejak kau dilahirkan. Meski tak ada kisah penyerbuan di taman. Tak ada Ike Mese menyerangmu dari barat. Tak juga Kau Hsing di timur, atau Shih Pi yang mencegatmu dari sungai. Di punggungmu, hanya ada panggung bagi cambuk waktu. Tak ada tentara Wijaya mengintai di antara kecamuk pesta Canggu dan Daha. Di punggungmu, kayu gandar dan kuk ringan dari harum cendana. Kau berjalan sendiri saja ke puncak bukit ini. Tiga ribu pasukan yang kalah telah kembali ke kapal dan menjalani hukuman selama-lamanya -- sebagai orang jahat pada kebangkitan kedua. Kau akan punya puncak bukitmu sendiri dan meneriakkan sakit ditinggikan. Sakit yang berasal dari cita-cita, yang ingin kaujangkau -- dengan suara parau, saat berseru; "Sudah selesai." 2016

Apa yang Dibiarkan Tak Dikatakan

Siapa peduli pada serangkaian peristiwa yang terjadi -- tadi, kemarin, beberapa minggu lalu, sebulan dulu, bertahun dalam hidupmu, selain kau mengenangnya kembali. Setiap hari memperkatakan keuntungan dan kerugiannya sendiri. Ia timbangan juga pasar bagi pikiran dan perasaanmu. Ia tak menawarkan apa-apa selain ketergesaan, atau sedikit kepanikan. Pada akhirnya, setiap hari selalu menyelipkan kekecewaan. Sesuatu yang luput engkau perhatikan sebelum tertidur. Hari berikutnya, kau pasrah -- meski menuliskan aneka pesan, tapi tak ada telepon masuk untuk memastikan: Kau baik-baik saja? Matica masih mengolah roti. Zakaria berjaga di depan pintu. Lalu di hari Sabat, masih ada anak-anak Kehat. Ya. Semua baik-baik saja. Sebelum kau sadar -- Setiap hari adalah peperangan dalam diri. Hari ini Yonatan, besok Abinadab, dan lusa Malkisua yang mati, dan setiap malam, kau jadi Saul -- yang menusukkan pedang ke perutmu sendiri. Siapa peduli pada serangkaian peristiw...

Ode untuk Intan Olivia

Ia telah mendengarkan panggilannya. Karena itu, di beranda gereja, ia bercanda. Ia tahu, Tuhan begitu menyayanginya, sebab ia terlanjur percaya -- itu inti dari kitab suci. Yang ia tak tahu, bagaimana cara Tuhan mempertemukan ia dengannya -- O, surga yang dirindukan dengan cara jahanam. O, surga yang jalan ke arahnya penuh kebencian. Betapa curam dan dalam jalan-jalan menujumu itu! Ia tahu Tuhan tak bercanda dengan cintanya. Karenanya, di beranda gereja, ia terluka.  Ia paham, Tuhan tak pernah punya dendam. Sebab itu ia terbujur, berangkat meninggalkan kita di sini. Yang ia tak tahu, bagaimana cara Tuhan mengingatkan kita yang ditinggalkannya -- O, surga macam apa yang berada di benak mereka. O, surga yang bagaimana yang hendak diisi dengan para pembenci itu? Betapa kelam dan seram jalan untuk menujunya! Ia telah mendengarkan panggilannya -- agar kita memanggul yang lebih besar dari sekadar ujaran tentang kebenaran. 2016

Untuk Yo

Hidup memang semestinya koyak. Cangkang telur harus pecah. Kepompong terbelah. Katanya, "Langit tak selalu putih. Laut tak selalu biru. Hidup adalah kelindan beberapa hal. Selalu seperti itu." Hidup memang sebuah jarak. Daun bergagang pada carang. Bunga disangga kelopak. Katanya, "Ada yang gampang terkena noda. Ada yang bersiap untuk kusut. Hidup berangkat dari rasa takut. Seperti tangis pertama itu." 2016

Seberapa Panjang Malammu

~ setelah Chopin, Nocturne op. 9 No.2 Seberapa panjang malammu? Ia berjaga seperti menara kota -- sampai kabar pengungsi terakhir dan tak terdengar lagi tangis bayi lahir. Ia akan senantiasa pekat dan biru -- sampai habis pijar kandil di balik jendela. Ia terus menyangga yang disebut rindu -- sampai dikutuk mereka yang pulang dan lari dari perang. Ia tak terukur -- waktu telah habis sebelum sempat menakar dan menalar hal-hal yang hilang dari sisimu. 2016

Memberi Ketenangan pada Awan

~ setelah mendengar mereka bernyanyi Haleluyah Gurun menahan panasnya, dalam                    getar, dalam gambar. Orang-orang samar. Rekah pada tanah. Garis tipis                    debu. Sebentang cakrawala. Bayang-bayang pendar. Waktu perlahan merah. Dengung                    terjebak. Doa dan ucapan syukur. Memberi ketenangan pada awan. Mereka telah putih. Telah pulih setelah                     perkara sulit. Semburat di langit.  2016

Drama

"Hentikan! Aku tak mau mendengar ucapanmu!" "Kau jahat!"  "Teruslah berpura-pura." "Ini saatnya pembalasan!" "Apa mungkin mereka sudah merasa, ya?" "Biar dia tahu rasa dan merasakan sakit seperti yang aku rasakan." "Tunggu..Aku..." "Kau juga cinta padaku?" "Apa perlu aku buka semuanya?" "Jangan. Jangan. Aku sudah tidak tahan." "Aku muak melihatnya." "Harusnya kamu 'ngerti dong..." "Kenapa lo gak bilang?" "Heh! B@&$* 'ngapain kemari?" "Sabar dulu, Sayang. Aku bisa jelaskan." "Ini gak seperti yang lo kira..." "Bayangkan kalau mereka jadian." "Hei. Kamu mau dengar 'gak?" "Ya..Jelas lah aku kecewa." 2016

National Geographic

Kau sebaiknya melihat bagaimana paus, hiu dan lumbalumba berlomba memangsa ikan sarden di selatan Afrika -- dan berdoa "Berilah kami rezeki pada hari ini, dan ampunilah kesalahan kami." Lima atau sebelas tahun mendatang, kau harus bersiap amuk gelombang dan banjir bandang -- es Antartika akan meleleh sempurna, jika kau tetap bergeming dan berpangku tangan untuk urusan penggunaan energi terbarukan. Namun, dunia telah mencatat cacat nubuat -- dari Cavaignac, Churchill, Roosevelt, apalagi setiap orang telah jadi pengarang yang buruk, bermimpi yang muluk-muluk tapi mudah sekali mabuk oleh perangai teman satu klub. Dan pada halaman persona, kau bisa merasakan betapa dekat pejabat dengan anjing peliharaannya -- bagaimana mereka memberi nama, mengajaknya berwisata, atau di mana tidurnya di istana. Saat itu, kau berharap tak ada yang buru-buru mengucap doksologi -- menutup doa. 2016

Yang Ia Bicarakan Hanya Kesia-siaan

Yang ia bicarakan hanya kesia-siaan. Selebihnya, debam pintu dibanting, bunyi tut-tut-tut panjang di telepon setelah nada sambung yang tak kunjung berganti -- halo? Yang ia dengar semacam kesah yang segera berubah -- entah jadi apa. Ia lebih percaya pada suara di dalam kepalanya. Semacam gema merambati dinding gua. Kepak kelelawar saat senja. Geletar di muka air saat selembar daun jatuh. Ia lebih percaya -- pada diam batu, dan kesiur angin pada kulitnya. 2016

Jembatan

Mereka yang berangkat dengan harapan dan yang pulang dengan kenangan akan disambutnya dengan tangan terbentang. Mereka yang resah akibat kesepian dan yang basah oleh kerinduan akan dihantarkan pada gerbang pengharapan yang lengkungnya kerap membuatmu bingung dan menerka -- fajar atau senja yang semburatkan rona jingga di langit itu? Di atas sungai, hidup yang arusnya tak kunjung santai, ia menjadi ketenangan yang direntang dari keinginan dan kecukupan. Seperti keheningan setelah sebuah kecupan. 2016

Kota

Ia memiliki segalanya, meski berupa kesempatan. Ia memiliki waktu untuk menggambar kesibukan, juga memelihara sepi. Ada banyak jalur rindu di sekujur tubuhnya, dan aneka tanda cemburu. Ada taman untuk setiap kenangan, beragam mimpi untuk ditanami masa depan. Ia memiliki banyak gedung menjulang, yang dinamakannya -- jangan! Dibangun pula tembok besar tempat meratap. Ia kumpulkan banyak teman makan, teman minum, dan teman yang hanya bisa dihubungkan dengan nada tunggu. Mereka bisa berada di taverna, kafetaria, atau bilik suara. Mereka yang bisa dibilang -- penipu. Ia tumbuh dari kekosongan, dan akan luruh dari kerongkongan. Sebelum subuh, ia memanggilmu. Ia semacam ruh yang mengancam kenyamananmu. 2016

Ia Dengar Nyanyianmu

Ia dengar nyanyianmu, pujian bagi kebebasan itu. Ia merasa diajak berharap dan berjaga di setiap jengkal nusa. Ia merasa beserta mereka yang siap mati dan merdeka. Ia dengar nyanyianmu, perjanjian bagi tanah itu. Ia merasa ikut duduk dan meratap dalam misa -- peringatan secara nasional -- para pejuang dan mereka yang telah mati dan merasa nyanyianmu itu adalah darah yang mengalir dalam nadi, dan terus menghidupi negeri. 2016

Ia Telah Melihatmu

~ setelah lagu Natalia M. King Tidak. Kisah ini tak akan berakhir. Meski telah lerai peperangan itu. Telah usai masa dipenjarakan waktu. Ini jalan baru dibuka. Selembar peta dan bintang di langit utara akan menuntunmu kepadanya. Belum. Rasa lapar dan haus itu belum saatnya dipuaskan. Kedai 24 jam baru membuka pintu dan jendela. Sebuah sumur dan air mancur di tengah taman hanya semacam pembuka permainan. Kau harus mencoba komidi putar atau bersepeda ria. Kembali pada masa kanak atau remaja. Ya. Ini bukan soal dibutakan usia dan kebutuhan mengisi jeda di antara menangis dan bersuka. Ia telah melihatmu sekian lama, memperhatikanmu dengan saksama. Dan kini, ia perlihatkan bagaimana ia akan membawamu pada kisah- kisah penggembaraan penuh kegembiraan. Agar kau tak hanya duduk dan berkata -- Betapa sia-sia anak manusia. Betapa sia-sia hidup di dunia. Betapa hidup begitu sementara. 2016