Ada Bibir Norah Jones di Cangkir Kopiku

Saat kulihat hari berganti,
kuberharap dapat terbang tinggi¹

*
Kepada yang remang-remang
: sebuah bangku panjang
Bangku bambu akrab berderit.
Penyair kerap menjerit
Seperti yang kudengar
: desis air mendidih dari dalam teko

Apakah kesepian telah menjadi kebanggaan, Tuan Penyair?
Ada yang begitu menggelegak.
Pindah dari teko ke dalam cangkir
Mengalir. Mengalirlah begitu saja.
Tapi karena tak ingin menulis sungai,
kubiarkan tangis itu luruh.
Apakah itu gerimis yang membuatmu singgah?

*
Biarkan aku bersimpuh di pasir,
menangkup tangisan dengan tangan²

*
Ada yang berputar dengan pelan,
pada kotaklagu : sebuah lagu kenangan
Angin yang bertiup di pepohonan rindang
sebelum langit mengirim hujan
Aku siapkan gigil yang panjang,
sedangkan kau melangkah pulang

Apakah kenangan itu rahasia
yang harus disembunyikan, Tuan Penyair?
Lalu ada yang begitu tersentak.
Tutup cangkir yang kubiarkan tergeletak
Agar kudapatkan sebuah hangat dari secangkir kopi,
kudekatkan kedua bibir
Tapi inikah sebuah ciuman yang memaksamu pindah?

*
Tetapi kau tetap di dalam hatiku, selamanya³


2007

¹-²-³ = Terjemahan bebas dari petikan lirik “Don’t Know Why – Norah Jones

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung