Sajak di Negeri Hujan
: tawa kanak yang melengking di udara
/1/
Takbir - yang ujungjarinya kausanding
tepat di samping cuping telinga – kini
kaudekap erat di dada. Semacam awal
sebuah rakaat : sebuah jalan lengang
kautapaki penuh hikmat.
Tapi ada genangan bekas hujan di jalan itu,
sebuah kolam kecil bagi ingatan masa kanak.
Diingatnya perahu-perahu kertas berlomba
di selokan, padahal ia hanya senang melihatnya
melaju kencang oleh curahan air hujan
Sebentar lagi aku yang tenggelam, kataku
/2/
Sebuah tasyahhud adalah bayang Ibunda
bercampur cahaya senja pada sebuah jendela
: kau pun tertegun
Hendak mengucap salam
atau kembali bermain hujan
Lalu ada angin berdesau dingin
dan pepohonan bergoyang tak ingin
/3/
Inilah akhir sebuah kenangan
: pada sebuah jalan kecil, kau mengucap salam
2007
Comments