Jika kau bosan dengan bulan, kucabut sehelai uban Jika kau resah dengan hujan, kuulur sebelah tangan Jika kau mabuk dengan gelombang, kupanggil kau, Sayang
Sedikit terbuka dia pada bagian dada hingga tak sedikit mata menaruh harap darinya agar segera dibebaskannya kata-kata dari mereka yang meniup-niup kepala, meletup-letupkan isi dada dan mencari makna cuaca yang tak tercatat oleh jam tua. Banyak yang ingin bersandar di pangkuannya, kembali menjadi anak-anak, kembali memahami setiap kabar dengan bijak agar ketika ada yang melaju, menuju akhir perjalanan, seakan ada yang harus dikekalkannya; rambut ikal yang urung diudar, juga hal-hal yang batal diujar, seperti sebuah sapaan. Sederhana saja. 2008
Dalam akhir pekan lalu, saya menonton dua buah film, yang pertama sebuah film berlatar imigran asal Korea yang berusaha mencari penghidupan yang layak di tanah impian Amerika berjudul Minari, dan film lainnya adalah sebuah film buatan Meksiko berjudul "Our Lady of San Juan, Four Centuries of Miracle" atau dalam bahasa aslinya "Virgen de San Juan, Cuatro Siglos de Miraclos." Kedua film itu mengetengahkan kemalangan, sebenarnya, disamping upaya manusia untuk meraih kebahagiaan. Minari mengisahkan kerja keras Jacob Yi yang memboyong keluarganya ke sebuah tanah pertanian yang dibeli dengan harga miring karena pemilik sebelumnya melakukan bunuh diri setelah mendapati betapa sulitnya bercocok tanam di lahannya. Jacob dengan rasa optimisnya merasa dengan logika berpikirnya bisa mengalahkan ketakutan untuk jatuh miskin dengan bercocok tanam meskipun ia harus berhutang pada bank demi mendapatkan modal bertani. Sedangkan film Our Lady of San Juan mengisahkan keyakinan keluarg
Akulah embun, jeritnya memekik di atas daun. Pada pagi buta, dia menuntun ke ujung lamun. Bukankah, kau, cahaya? Yang disembunyikan mata dan disentuhkan ke telapak ini. Sejak pagi menjadi dalam diri. Akulah embun, jeritnya seperti menolak ditenun waktu. Aku setuju. Sebab nanti, di siang hari, ada yang mesti pergi. Atau kembali? 2014
Comments