Lapar

Sampailah kita ke titik lapar.
Tanpa minyak, kau terhenyak.
Dengan sedikit garam, kita
hitung setiap denyut dalam
diam.

Baiknya kita piringkan diri,
agar tersaji sebentuk nasi,
sepotong roti, atau kisah
sebongkah batu dalam panci.

Hingga pada hari-hari seperti
saat menunggu berbuka, kita
bersama kuburkan malu, ragu
dan seribu sabar yang tersapu.

2008

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung