Terjemahan Bebas Sajak - Sajak Octavio Paz

Gerak

Kalau kau gurat waktu batu ambar
    Aku urat darah menyebar
Kalau kau bulir salju mula-mula
    Aku pelita hati pagi tiba
Kalau kau menara malam
    Aku onak menyala dalam pikiran
Kalau kau pagi berombak
    Aku burung pertama berteriak
Kalau kau sekeranjang jeruk
    Aku pisau mentari menusuk
Kalau kau altar batu
    Aku tetangan tabu
Kalau kau daratan terlena
    Aku tebu hijau sempurna
Kalau kau laluan angin
    Aku api terkubur dingin
Kalau kau mulut air
    Aku lumut bau anyir
Kalau kau hutan dalam kabut
    Aku kapak membelah runut
Kalau kau kota berpolusi
    Aku air limbah dan lindi
Kalau kau kuning batu gamping
    Aku tangan merah lumut kering
Kalau kau matahari naik
    Aku darah menakik

(sajak aslinya berjudul "Motion")

Jembatan

Antara kini dan kini,
yakni aku dan kau ini,
ada jembatan kata.

Melampauinya
kau masuk dirimu sendiri;
dunia terhubung sempurna
terkunci seperti cincin.

Dari satu tepian ke lainnya,
selalu saja
tubuh direntangkan:
pelangi.
Terlena aku di bawah lengkungnya, nanti.

(sajak aslinya berjudul "The Bridge")

Rekah Fajar Akhir

Rambutmu telah hilang di kedalaman hutan,
kakimu menyentuh kakiku.
Lebih nyenyak dari malam, tidurmu,
tapi mimpimu tak sesak di ruangan ini.
Kita tak sebanyak perkiraan tentang kita, bukan?

Di luar, taksi berlalu
dimuati sesuatu dari masa lalu. Seperti hantu-hantu.

Sungai mengalirkan kembali
apa yang semestinya dialirkan
pada kemestian.

Seperti sebuah pertanyaan: adakah esok?

(sajak aslinya berjudul "Last Dawn")

Jalan

Ada jalan panjang dan sunyi.
Dalam kegelapan aku berjalan, dan tersandung, dan jatuh
dan bangkit, dan aku melangkah meraba-raba, kakiku
melindasi diamnya bebatuan dan keringnya dedaunan.
Seseorang di belakangku juga menginjak-injak, bebatuan, dedaunan:
kalau aku berlambat-lambat, dia juga sama;
kalau aku berlari, dia juga sama, kalau kutoleh: tak sesiapa.
Semuanya gelap dan tak berpintu,
hanya langkahku mengertikan aku,
bahwa aku berputar-putar di antara sudut-sudut
yang terus mengarahkan kau kembali pada  jalan ini
tapi tak sesiapa menanti atau mengikutiku,
tak juga ada yang kukejar seperti dia yang tersandung
dan bangkit dan berkata-kata kalau dia melihatku sebagai: tak sesiapa.

(sajak aslinya berjudul "The Street")

Antara Pergi dan Kembali

Antara pergi dan tetap di sini
hari melambai-lambai,
dalam asmara yang punya kebeningan sendiri.
Siang yang berputar telah menjadi pantai
melandaikan dunia pada karang-karang bisu.

Semuanya jelas tapi sukar dipahami,
semuanya tak berbatas tapi sukar digenggami.

Kertas, buku, pensil, gelas,
terhempas dalam bayang nama mereka juga.

Waktu berulang mendenyutkan pelipisku,
juga suku kata yang sama dalam darahku.

Cahaya mengubahkan berbagai tembok
jadi permainan bayang-bayang yang seronok.

Kutemukan diriku terperangkap dalam sebuah mata,
sebuah tatapan kosong yang melihat diriku belaka.

Pecahan-pecahan kenangan. Bagaimana dia diam,
sedang aku tetap dan menjadi: sebuah jeda. Aku saja.

(sajak aslinya berjudul "Between Going and Coming")

Menyeberang

Kubalik pagina hari ini,
menulis apa yang telah kukatakan
dengan gerakan bulu matamu.

Kumasuki engkau,
kesejatian dari apa yang kaukatakan sebagai gelap.
Ingin kuambil bukti-bukti dari kegelapan itu,
seperti meneguk anggur hitam:
melupakan penglihatanku pada apa yang kuinginkan itu.

Malam luruh
pada putik payudaramu:
seperti sesuatu yang mekar.

Aku menutup mataku
dan membukanya jauh di dalam matamu.

Selalu ada yang terjaga
pada ranjang merah tua:
lidahmu yang basah.

Ada yang memancar
dalam taman bunga di pembuluh darahmu.

Seperti kukenakan topeng darah
saat menyeberang pikiranmu yang kosong:
keterjagaan yang membimbingku
pada satu sisi liyan, dari kehidupan.

(sajak aslinya berjudul "Across")

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun