Yang Kelak Dihapus dari Tekak


Berhentilah menebak. Wajahku tak terjebak
dalam kenangan masa lalu. Kolam-kolam ingatan
kadang lebih gamang dari debam daun jatuh.
Hujan lebih sering mengalirkan kesedihan yang
tak tertampung pada bunyi rem kendaraan

di jalanan macet. Jangan menduga aku yang teriak.
Kata-kataku hanya batu dengan garis kehijauan.
Batu yang diam meski di atasnya kambuh
kegilaan para penambang dan penembang
lagu dangdut oplosan. Di kotaku, hujan

adalah hiasan dalam puisi. Tak ada yang bakal terisak
sebab aku tak menangisi kematian seseorang.
Yang kutangisi dalam diamku hanya begitu rapuh
penyair di hadapan kata. Di hadapan

sesuatu yang kelak dihapus dari tekak.

2015

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun