Beberapa Cerita Pendek Dinasti Han

Orang Tua Pemindah Gunung

Yang kaulakukan tak pernah sia-sia
Sebagai Yugong, kau hanya tua.
Tetapi Zishou justru tak tahu.

Yang kaulakukan bukan upaya, tapi cita-cita.
Bahkan Jingcheng mengirimkan Sang Putra.
Kuifu hanya kerikil dan debu.

Sepatutnya, Tat Xing dan Wang Wu
tersingkir di sisi laut Bo, di utara Yintu
Dan terbukalah jalan dari Yuzhou
sampai tepi sungai Han bagi langkah kakimu.

Lelaki di balik Balok Kayu

Chen Shi hanya mengikat sabuknya
dan berkata bagi anak-anaknya -- jadi
lelaki harus berani.

Dan dia yang tadi melompati jendela
lalu bersembunyi -- muncul, menjura tiga kali.

Chen Shi hanya menepuk pundaknya
dan berkata bagi dia - si pencuri - jadi
lelaki harus menanggung hidupnya.

Sepatu Gambar Macan

Kebenaran selalu tegak, meski kelak
dia hanya berupa gambar pada sepasang
sepatu.

Tapi, dia seorang ibu.
Dan kau tetap anaknya -- penuh rindu.

Meski di rumah pejabat, kebenaran
bisa menang telak. Seperti taring macan
yang mengoyak.

Dan dia adalah ibu
bagi anak-anaknya -- selalu begitu.

Tiga Lubang Kelinci

Kau harus pergi. Meski untuk menolak Wei
dan mendapatkan simpati Qi. Lumbungmu
aman di tangan Feng Xuan.

Kau harus pergi. Hanya menemui Qi sekali
lagi. Memintanya mendirikan kuil suci.
Para petani memberi padi berbulan-bulan.

Dan kau tetaplah di sini, Meng Changjun.
Menjadi kelinci pada tiga lubang abadi.

Jeruk Pak Menteri

Dia tetaplah jeruk
Tidak ada Huainan atau Huaibei
Tak ada juga manusia yang buruk
Meski tahanan atau pencuri.

Dia tetaplah jeruk.
Dihidangkan oleh Raja Chu hari ini.
Dengan kondisi lahan makin teruk
Bagaimana tumbuh budi di hati?

Kisah Sedih Le Yang Tsi

Tenunan itu terlanjur digunting, Le Yang Tsi,
seperti koin emas yang kau lemparkan kembali
saat mencuci.

Pengajaran belum lengkap kau sunting, Le Yang Tsi,
karena kau cemas pada debaran di hati
untuk Sang Istri.

Ketabahan Yao

Tenunlah lagi, Yao, kain Cap Go Meh
masih ada tujuh keranjang kapas
dan bulan belum pias.

Tenunlah lagi, Yao, jangan berhenti
meski dewa-dewa meminta kau
tidur dengan memadamkan bulan.

Tenunlah lagi, kesabaranmu, Yao,
sampai seluruh keluarga Yang memandang
kaulah emas yang paling gemilang.

Bulan untuk Huo Jia

Tertawalah, Huo Jia, untuk bulan
yang ada di angkasa. Karena hidup
memang untuk menertawakan
kegetirannya sendiri.

Tertawalah, Huo Jia, bayangan bulan
tidak mengapung di dalam sana. Yang
menyangkut mata kail itu hanya
batu kali.

Menangislah, Huo Jia, jika kau anggap
gagal sebagai lelaki yang hampir menangkap
sebongkah bulan. Tak mengapa. Barangkali.

Jenderal-Jenderal Penjaga Pintu

Kau harusnya bahagia, Qin dan Yuchi,
diabadikan sepenuh badan menjaga mimpi.

Seperti pintu -- membatasi ruang diri,
melingkupkan pertahanan bagi Raja Li.

Kau layak untuk dihormati, Qin dan Yuchi,
dijadikan lambang pertahanan sejati.

Dengan begitu -- dia yang ingin tidur sendiri
bisa merasa, esok pagi, ada yang menyambutnya

dari mati.

2016

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun