Duduk, Diam dan Menangis #1

Krematorium
Di depan kekosongan,
dia berkata -- manusia
lebih buruk dalam
menyimpan rahasia
dibandingkan
kulkas memelihara
barang-barang
mudah busuk.
Maka, dia mengabukan
ragamu di krematorium.
Supaya, segala kenangan
tak berubah jadi ragu atau maklum.
Kepada kekosongan, dia
merasa rela untuk menangis.
Sebab, dia sendiri tak ingin
dianggap telah habis
setelah ragamu dingin
sebagai sisa pembakaran.
Dan dalam kekosongan,
dia merasa sepenuhnya
sebagai sebuah guci --
kosong di dalam,
kosong di luar,
hanya dinding,
hanya dingin.
sama
dengan abu --
sisa ragamu.
Jakarta, 2016

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung