Sepenggal Lagu Pilu

Aku ingat satu alamat : rumah berpagar putih merpati.

Dia, yang biasa kupanggil Kekasih, membuka pelukan sebagai pintu.
Dan katanya, ”Masuklah. Aku sudah siapkan minuman.”
Lalu turunlah hujan: saat burung-burung pulang ke sarang.

Aku tak pernah lupa, setelah hujan reda, di halamannya kita menggelar tikar.

Lalu dia, yang membiarkan rambutnya terurai, menyanyikan lagu.
Dan kataku, ”kata-kata dalam lagu itu membawaku pada sebuah jalan.”
Dia, yang matanya gelisah, menduga aku ingin segera pulang.

Padahal, demikian petikan lagu itu: ”long and winding road...
Dan yang terakhir kuingat; pelukmu begitu erat seakan aku
merpati yang tak kauinginkan terbang.

2007

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun