Tarian Sebuah Kamar

: belum juga kau jenak di dalam dirimu
sudah ingin kau jejak tubuh yang baru

Katamu; "Ingin kudengar lagi suara yang tak beraturan,
serupa dengkur setelah lelah bekerja." Maka kaubayangkan
sebuah mimpi yang timbul tenggelam di antara kedua mata
yang terpejam.

Tapi aku tak suka bermimpi. Aku lebih suka pada sisi
selimut yang begitu lembut menyentuhmu di pipi. Juga
hangat yang kausembunyikan di balik bantal di sisi
tubuhmu yang sintal. Ah, seperti puisi liris yang kubaca
pada sebuah gerimis ; embun pada sebuah jendela.

Hanya jam tua yang berdetak
mengganggu tatapanku juga tidurmu
seperti bapak yang membentak
mengagetkan tidur kanak-kanakmu

Katamu; "Ingin kukenang lagi suara lembut ibu,
pada sebuah dendang ninabobo yang tak sudah ."
Dan kini kaubalik bantal, dan kauanggap mimpi itu
telah gagal menjenakkan tubuhmu.

2007

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung