Aku Menyukai Jejak Sepatumu

Ketika kau berlalu, aku masih termangu.
Berharap suatu saat kau mengucap isyarat
perpisahan. Sesuatu yang dulu kutuliskan
sebelum namaku pada selembar surat.

Aku menyukai jejak sepatumu di halaman
bersusun membentuk garis putus-putus
ke arah bayangan dedaunan rambutan, dan
aku tahu, sepanjang jalan kau terus menangis.

Pada tiap jejak sepatumu, ingin kubentuk
jejak kaki yang berlari ke arahmu, tapi kini
aku masih ingin memandangi jejak sepatumu.

Ketika tubuhmu ditelan kelokan jalan,
masih berharap aku kau menyerapah;
kenapa kita bertemu, dulu.

2008

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung