Lampion

Sebelum petasan dan lilin-lilin
dinyalakan, akulah arwah Sang Tualang.
Kelabu dan pucat seperti akhir tahun
yang basah dan berkabut.

Bersama percik pertama
pada sumbu lampu dan lentera,
ada semacam anak tangga yang digelar
begitu merah dan dapat dipercaya.

Dan saat kau tertawa – setengah terkejut,
aku berpegang pada cahaya. Meninggalkan
jejak sesamar asap lilin dan sisa petasan.

Ah, tahun berganti. Tapi anak-anak
tangga ini tak pernah beranjak.
Dan perjalananku, hanyalah
menyoal rasa percaya
tentang cahaya,
tentang warna-warna,
dan hal-hal yang berkelindan
daripada mereka.

2011

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung