Mencari Saat yang Tepat


: Audry

Dekat laut, kau merasa ada yang hanyut,
seperti sepi yang perlahan pamit
ke arah matahari terbit, atau sebutir kelapa
yang timbul tenggelam dekat lambung kapal.

Punggung telapak kakimu berlumur pasir putih,
dan kau merasa yang hanyut tadi membuatmu
harus merintih. Membuat sajak tentang seorang tua
yang teramat letih.

Seperti gemawan mengambang, tiba-tiba kau
merasa sangat perlu sajak yang tenang.
Sajak yang serupa percakapan suami dan istri,
tentang anaknya yang menuliskan inisial seseorang
dalam buku catatannya - mungkin nama kekasih.

Dulu, di tepi pantai seperti sekarang,
di bawah matahari yang sama,
ada yang merasa betapa sulit
untuk bisa mengucap kata pamit,
dari cinta yang berat,
dari senja berwarna karat.

Maka kini, kau berdiri pada suatu pagi,
di tepi laut, mencari saat-saat yang tepat
untuk terus bisa berkata kepadanya:
aku masih mencintaimu, seperti isyarat
yang berulangkali disampaikan ombak
pada pasir pantai, hingga ia berulangkali pula
memecahkan diri, dan aku pun akan terus
mencintaimu, seperti kata karang
"tak apa aku menderita karena cinta ini,"
yang tak pernah didengar oleh camar itu.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun