Sehabis Perjamuan



Cepat sekali aku lupa rasa roti itu – padahal
kukunyah dengan pelan dan tenang, seolah
kita berada di tengah taman kembang, mendengarkan

debar di jantung lebah, menjeritkan apa yang kilat, dan
yang likat, yang begitu hangat dan merah.

Seperti anggur itu? Serupa doa yang subur sepanjang
sisa-sisa umur di mana nama-nama kita disebut
berulang-ulang – semacam diundang.

2013

Comments

lestarikan terus sastra puisi yg mulai terlupakan bro, sukses :).

mampir ke lapak yah.

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun