[IsengAsyik] Asterix dan Sejarah Bangsa Kita
Munculnya komik Asterix dan Obelix ini didasarkan pada pengalaman pahit masa lalu (baca : sejarah) bangsa Perancis yang cenderung inferior dibandingkan dengan bangsa-bangsa tetangganya. Jerman (orang Goth, Barbarian, dan suku-suku Germania lain) punya sejarah yang "hebat", demikian juga dengan Inggris (Briton) yang pernah sukses menahan gempuran Viking. Dan yang paling memalukan bagi bangsa Perancis adalah tunduk dibawah kekuasaan Romawi, yang mana seluruh kaum Galia (Gaul) dijadikan budak oleh tentara-tentara Romawi.
Adalah pertempuran di Alesia, yang dicatat sejarah Eropa sebagai strategi perang paling kompleks dari Julius Caesar dalam menghadapi kaum Galia, dipandang juga sebagai hal yang paling berhasil dalam sejarah keberanian kaum Galia. Perlu waktu sebulan bagi Caesar untuk menundukkan benteng Alesia dibawah pimpinan Vercingetorix (Raja Vercingeto, rix =raja). Berkali-kali pasukan Romawi dihantam dan mundur, meskipun kaum Galia dikepung berhari-hari. Siasat untuk meloloskan wanita dan anak-anak untuk mengurangi beban persediaan makanan tidak mendapat simpati dari lawan. Wanita dan anak-anak tetap tidak diperbolehkan keluar dari lembah Alesia hidup-hidup oleh pasukan Romawi. Hal ini betul-betul meruntuhkan semangat juang kaum Galia, hingga Vercingetorix pun menghadapi tekanan untuk menyerahkan diri dari pasukannya sendiri. Setelah bala bantuan yang datang dipukul mundur oleh Romawi, maka tak ada jalan lain. Vercingetorix memilih menyelamatkan seluruh kaum dengan menyerahkan diri. Alesia pun dikuasai oleh Romawi.
Yang mengherankan, hingga kini tak ada yang benar-benar tahu letak persisnya lembah Alesia. Pun lembah Alesia yang kini didirikan lagi benteng sebagai peringatan perang besar itu diragukan kebenarannya, karena tidak sesuai dengan gambaran daerah menurut catatan Julius Caesar.
Lantas apa hubungannya dengan komik Asterix? Apalagi dengan kita?
Melihat kenyataan bahwa bangsa Galia pernah dihinakan sebagai budak (meskipun berabad kemudian pernah juga berjaya sebagai satu kerajaan besar) Gosciny dan Uderzo dengan sangat pintar berkelit. Sejarah Romawi memang mencatat Galia pernah ditaklukan, tapi buktinya kurang kuat selain catatan dari Julius Caesar. Berarti ada celah untuk mengatakan hal itu sebagai hal yang fiktif! Mengingat situs peperangan itu (meskipun sekarang sudah dibuat) tak bisa menjelaskan dengan tepat. Maka dalam komik Asterix dan Perisai dari Averna ( Vercingetorix itu berasal dari daerah Averna - pen.) Gosciny dan Uderzo menggambarkan Asterix dan Obelix menjawab "tidak tahu" ketika Julius Caesar dan rombongan prajurit Romawi bertanya arah lembah Alesia. Dan seperti kita tahu, desa Asterix dan Obelix adalah satu-satunya wilayah di seluruh Galia yang tidak pernah bisa dijajah Romawi.
Sementara di kita, ada beberapa sejarah hitam yang mencoreng martabat bangsa kita. Terutama yang berhubungan dengan "perang saudara" seperti pemberontakan PRRI - Permesta, DI/TII, sampai G30S/PKI. Menilik dari bukti-bukti peristiwa-peristiwa tersebut yang banyak "missed" nya, akan timbul banyak sekali penjelasan-penjelasan yang berbeda dari berbagai pihak. Contoh yang saya temukan adalah adanya anggapan Kahar Muzakkar atau sering juga disebut sebagai Abdul Qahar Muzakkar menurut beberapa orang di Sulawesi Selatan itu masih hidup. Hal ini terjadi karena adanya fakta yang hilang mengenai terbunuhnya dia dalam operasi militer Tumpas, Februari 1965 dulu, yaitu makamnya. Tak ada yang tahu di mana Abdul Qahar Muzakkar dimakamkan. Ini baru satu kasus, belum lagi yang lain.
Oleh karena itu, untuk membenahi sejarah bangsa ini, diperlukan kejujuran dari berbagai pihak. Berangkat dari sifat ikhlas, mau memaaf-lupakan peristiwa-peristiwa yang menghinakan, dan tekad untuk mencintai setulusnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Daripada menyalahkan pihak² yang memanfaatkan celah untuk mengfiktifkan fakta sejarah (jika boleh disebut demikian) lebih baik mengadakan semacam konsensus bersama pelurusan sejarah yang kabur itu, demi generasi yang akan datang yang dengan tulus ikhlas cinta tanah airnya tanpa memandang masa lalu kelam.
Kembali ke Asterix, satu pelajaran lagi, adalah Gosciny dan Uderzo dengan komiknya itu mengunggulkan bangsa Perancis (Galia) dengan memberi akhiran ix pada setiap karakter kaum Galia. Padahal seperti saya sebutkan di atas akhiran yang benar untuk raja pada kaum Galia adalah rix. Dengan pemberian gelar raja (yang telah diplesetkan itu) pada setiap karakter Galia dalam komiknya itu, otomatis mereka menganggap setiap kaum Galia adalah raja. Hal ini sangat menghibur hati bangsa Perancis yang pernah menjadi budak di jaman kekaisaran Romawi.
Adalah pertempuran di Alesia, yang dicatat sejarah Eropa sebagai strategi perang paling kompleks dari Julius Caesar dalam menghadapi kaum Galia, dipandang juga sebagai hal yang paling berhasil dalam sejarah keberanian kaum Galia. Perlu waktu sebulan bagi Caesar untuk menundukkan benteng Alesia dibawah pimpinan Vercingetorix (Raja Vercingeto, rix =raja). Berkali-kali pasukan Romawi dihantam dan mundur, meskipun kaum Galia dikepung berhari-hari. Siasat untuk meloloskan wanita dan anak-anak untuk mengurangi beban persediaan makanan tidak mendapat simpati dari lawan. Wanita dan anak-anak tetap tidak diperbolehkan keluar dari lembah Alesia hidup-hidup oleh pasukan Romawi. Hal ini betul-betul meruntuhkan semangat juang kaum Galia, hingga Vercingetorix pun menghadapi tekanan untuk menyerahkan diri dari pasukannya sendiri. Setelah bala bantuan yang datang dipukul mundur oleh Romawi, maka tak ada jalan lain. Vercingetorix memilih menyelamatkan seluruh kaum dengan menyerahkan diri. Alesia pun dikuasai oleh Romawi.
Yang mengherankan, hingga kini tak ada yang benar-benar tahu letak persisnya lembah Alesia. Pun lembah Alesia yang kini didirikan lagi benteng sebagai peringatan perang besar itu diragukan kebenarannya, karena tidak sesuai dengan gambaran daerah menurut catatan Julius Caesar.
Lantas apa hubungannya dengan komik Asterix? Apalagi dengan kita?
Melihat kenyataan bahwa bangsa Galia pernah dihinakan sebagai budak (meskipun berabad kemudian pernah juga berjaya sebagai satu kerajaan besar) Gosciny dan Uderzo dengan sangat pintar berkelit. Sejarah Romawi memang mencatat Galia pernah ditaklukan, tapi buktinya kurang kuat selain catatan dari Julius Caesar. Berarti ada celah untuk mengatakan hal itu sebagai hal yang fiktif! Mengingat situs peperangan itu (meskipun sekarang sudah dibuat) tak bisa menjelaskan dengan tepat. Maka dalam komik Asterix dan Perisai dari Averna ( Vercingetorix itu berasal dari daerah Averna - pen.) Gosciny dan Uderzo menggambarkan Asterix dan Obelix menjawab "tidak tahu" ketika Julius Caesar dan rombongan prajurit Romawi bertanya arah lembah Alesia. Dan seperti kita tahu, desa Asterix dan Obelix adalah satu-satunya wilayah di seluruh Galia yang tidak pernah bisa dijajah Romawi.
Sementara di kita, ada beberapa sejarah hitam yang mencoreng martabat bangsa kita. Terutama yang berhubungan dengan "perang saudara" seperti pemberontakan PRRI - Permesta, DI/TII, sampai G30S/PKI. Menilik dari bukti-bukti peristiwa-peristiwa tersebut yang banyak "missed" nya, akan timbul banyak sekali penjelasan-penjelasan yang berbeda dari berbagai pihak. Contoh yang saya temukan adalah adanya anggapan Kahar Muzakkar atau sering juga disebut sebagai Abdul Qahar Muzakkar menurut beberapa orang di Sulawesi Selatan itu masih hidup. Hal ini terjadi karena adanya fakta yang hilang mengenai terbunuhnya dia dalam operasi militer Tumpas, Februari 1965 dulu, yaitu makamnya. Tak ada yang tahu di mana Abdul Qahar Muzakkar dimakamkan. Ini baru satu kasus, belum lagi yang lain.
Oleh karena itu, untuk membenahi sejarah bangsa ini, diperlukan kejujuran dari berbagai pihak. Berangkat dari sifat ikhlas, mau memaaf-lupakan peristiwa-peristiwa yang menghinakan, dan tekad untuk mencintai setulusnya kehidupan berbangsa dan bernegara. Daripada menyalahkan pihak² yang memanfaatkan celah untuk mengfiktifkan fakta sejarah (jika boleh disebut demikian) lebih baik mengadakan semacam konsensus bersama pelurusan sejarah yang kabur itu, demi generasi yang akan datang yang dengan tulus ikhlas cinta tanah airnya tanpa memandang masa lalu kelam.
Kembali ke Asterix, satu pelajaran lagi, adalah Gosciny dan Uderzo dengan komiknya itu mengunggulkan bangsa Perancis (Galia) dengan memberi akhiran ix pada setiap karakter kaum Galia. Padahal seperti saya sebutkan di atas akhiran yang benar untuk raja pada kaum Galia adalah rix. Dengan pemberian gelar raja (yang telah diplesetkan itu) pada setiap karakter Galia dalam komiknya itu, otomatis mereka menganggap setiap kaum Galia adalah raja. Hal ini sangat menghibur hati bangsa Perancis yang pernah menjadi budak di jaman kekaisaran Romawi.
Comments