[IsengAsyik] Rima dan Enjabemen versi Larkin

Belajar Berima dan Enjabemen dari Sajak-sajak Philip Larkin
juga Kata-kata yang Menyerempet pada Seksualitas

Pengaruh Sajak-sajak tradisional dalam sajak-sajak Philip Larkin sangat kuat. Seperti pernah disinggung dalam tulisan sebelumnya, Larkin pada awal kepenyairannya sangat dipengaruhi oleh W.B. Yeats, penyair Irlandia dan Thomas Hardy. Hal yang dipertahankan dalam sajak-sajak Larkin sesuai dengan pengertian sajak secara tradisional adalah rima/sanjak. Maka pada periode awal kepenyairannya, penerapan rima yang ketat pun tampak. Contohnya pada sajak “Mata-mata Baru Setiap Tahun” ( New Eyes Each Year )

New eyes each year
Find old books here,
And new books, too,
Old eyes renew;
So youth and age
Like ink and page
In this house join,
Minting new coin.

Saya coba menterjemahkannya sebagai berikut :

Mata-mata baru setiap tahun
Temukan buku-buku lama yang terhimpun,
dan buku –buku baru, juga,
dijadikan baru mata-mata lama;
hingga masaremaja dan usia
seperti kertas dan tinta
di rumah ini bersatu,
membentuk mata uang baru.


Pada periode buku puisi “The Whitsun Wedding”, pengertian rima / sanjak sebagai persamaan bunyi di belakang kalimat telah berubah. Dengan menyiasati enjabemen pada setiap kalimat, Larkin tetap bisa merimakan larik yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh pada satu bait sajak “Ambulans” (Ambulance) berikut ini ;

Closed like confessionals, they thread
Loud noons of cities, giving back
None of the glances they absorb.
Light glossy grey, arms on a plaque,
They come to rest at any kerb:
All streets in time are visited.

Lagi, saya coba berinteraksi dengan terjemahan yang ‘ngasal’ ;

Ini rahasia seperti pengakuan dosa, mereka
memperlakukan siang-siang yang ramai di kota-kota
besar seperti itu, mengembalikan tak satupun dari
sedikit yang mereka serap.
Abu-abu ringan yang mengkilap,
tangan-tangan penyakit, mereka datang dan tetirah
di sembarang trotoar: segala jalan
pada waktu mereka singgah.


Saya berusaha mempertahankan bentuk penggalan yang menghasilkan rima. Karena memang seperti itulah yang dilakukan oleh Larkin pada sajak-sajaknya. Meskipun memang terjemahan saya tidaklah baik, dan pemenggalannya tidak seperti yang ditulis Larkin pada sajak aslinya. Yang ingin saya sampaikan bahwa rima/sanjak di tangan Larkin tidak lah harus berarti ada di akhir kalimat. Pemenggalan kalimat pun bisa menghasilkan rima.

Hal lain yang menjadi sorotan setelah membaca sajak-sajak Larkin adalah munculnya kosakata yang cenderung mengarah ke hal-hal yang bersifat porno, sarkasme (baca sajak “This Be The Verse” yang mengandung kata “fuck”). Akan tetapi ternyata di samping hal-hal seperti itu ada banyak juga hal yang “umum” terjadi di sekitar kita yang menjadi “ajaib” di sajak-sajak Larkin. Seperti pada sajak “Sukun” (Breadfruit). Sukun? Aneh bukan?

Breadfruit

Boys dream of native girls who bring breadfruit,
whatever they are,

as bribes to teach them how to execute

sixteen sexual positions on the sand;

This makes them join (the boys) the tennis club,

jive at the Mecca, use deodorants, and

on Saturdays squire ex-schoolgirls to the pub

by private car.

Such uncorrected visions end in church
or registrar:
A mortgaged semi- with a silver birch;
Nippers; the widowed mum; having to scheme
with money; illness; age. So absolute
maturity falls, when old men sit and dream
of naked native girls who bring breadfruit
whatever they are.

Sekali lagi, ini terjemahan bebas saya untuk sebuah sajak Larkin;

Sukun

Lelaki-lelaki bermimpi gadis-gadis pribumi yang membawa sukun,
siapapun mereka,
sebagai suapan atas pengajaran mereka bagaimana melakukan
enambelas posisi hubungan seks di atas pasir;
yang membuat mereka bergabung (dengan lelaki-lelaki itu) ke sebuah klub tenis,
bermukim di Mekah, menggunakan deodorant, dan
pada hari-hari Sabtu menemani mantan-mantan gadis sekolah ke sebuah pub
dengan mobil pribadi.

Seperti penglihatan yang tak dibenarkan berakhir di gereja
atau panitera:
sebuah kematian pohon betula yang keperakan;
Anak-anak terlantar; ibu yang menjanda; berhitung matang
dengan uang; sakitpenyakit; usia. Sehingga kedewasaan
sejati runtuh, tatkala orangtua-orangtua duduk dan bermimpi
tentang gadis-gadis pribumi yang membawa sukun
siapapun mereka.

Ah, rupanya Larkin punya impian yang belum terwujud saat hidupnya. Keliaran sebagai laki-laki atau imajinasi belaka? Entahlah. Tak ada tulisan yang bisa digunakan untuk menduga ke arah sana. Namun, Larkin menjalani hidupnya secara istimewa. Sebagai pustakawan sekaligus penyair sekaligus penulis novel, kritikus musik Jazz, dan yang tak diduga, Larkin tidak terlalu suka bergaul hingga dia pun mendapatkan julukan Hermit of Humberside.

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung