Posts

Showing posts from October, 2008

Malam di dalam Pikiranmu

Malam akan menidurkanmu di sarang burung, di dalam cangkang kau aman terlindung, ada sepasang sayap hangat dan lembut jadi selimut yang bulu-bulunya membuatmu merasa kaulah mahluk yang begitu sempurna Di tiap mimpi-mimpimu, ada seorang gembala setia membimbing. Diarahkannya setiap ingin ke padang hijau dan dingin, hingga terpuaskan segala kata tanya, dan terhiburkan semua yang pedih dan nyeri, layaknya domba yang diberi rumput segar, serupa rusa di dalam telaga. Kau tetap merasa remaja dari setiap waktu yang berlalu, halus seperti cangkang telur yang dijaga sepenuh tulus dari sepasang induknya Hari-hari panjang hanya menjadi silang-silang jaring labalaba, yang oleh tetes embun dini hari ia terputus utas demi utas. Malam di dalam pikiranmu adalah hutan hijau dan menyegarkan, di mana sajak itu tumbuh dan tegak bestari 2008

Dialog Malam

Barangkali sajakmu terlalu sunyi, hingga bulan dan malam tak lagi hangat kelopaknya. Ada bulir hujan yang kering dan dedaunan hanya sampah di halaman. Dan kau, penyairku, ke mana entah Barangkali tanganmu terlalu mungil, sahutnya, sebab bulan itu tinggi dan malam adalah sianghari bagi satpam dan pencuri. Hujan sudah tidak indah, dan sampah, bukankah ia tanda kehidupan sesungguhnya? Aku, kata penyair itu malu-malu, memang sebaiknya sudah mati 2008

Yang Kekal di Antara Kita

Jika kau lalu, aku adalah waktu menunggu, seperti pintu telah terbuka dan terbuang anak kuncinya, atau bahkan tak bisa ditutup lagi. Pencuri dan perampok pesta pora menjarah sepiku, anjing dan kucing berak di ruang mimpi. Aku jadi sarang hantu Di buram jendela, bisa kaujumpai sederet pesan: Datanglah segera sayang, sajak-sajak sudah terhidang. Kapankah kau pulang, ini tubuh semakin subuh. Aku makin dingin, Dinda, tapi kenapa kenangan ini terlalu membara? Aku adalah ranjang dengan sajak sebagai seseorang yang menanti matahari esokhari, sila hampiri Jika kau waktu, yang kekal di antara kita hanyalah sebuah pintu : tempat sajak itu datang dan berlalu 2008

Matamu Kolam Kenangan

Sajakku mandi cibang-cibung dan minum sampai kembung airmatamu Aku memancing di keruh matamu, berharap sepi ini luruh begitu saja Seseorang di matamu seperti ikan menggelepar dihajar kenangan Saat kau terisak, segala bangun yang kususun mulai retak 2008

Membonceng Ayah

Bagaimana jika kupeluk pinggangnya, dan bertanya: “Bagaimana dulu Ibuku memelukmu? Bagaimana dapat kenangan menjeratmu? Dan bagaimana jika aku tak pernah melepaskanmu?" Aku tak pernah bisa tahu perubahan pada rona wajahnya, waktu itu, hanya dari kayuhan yang semakin cepat; aku tahu ada yang tiba-tiba dia ingat 2008

Bersepeda Dalam Hujan

Dia yang mengayuh sepeda merasa butir-butir air yang jatuh di atas kepalanya adalah pesan untuk selalu berhati-hati, sedang dia yang duduk di atas boncengan tak bisa membedakan basah peluh di tubuh mereka, sementara roda yang bergulir itu memercik-mercikkan air di antara paha dan betis. 2008

Suara Karang yang Didengar Seorang Pelaut

: dino f umahuk Apatah kapal jika karam, sedang yang kauhafal nama-nama bulan, bintang – sebagai penanda arah – timbul tenggelam di mata awan. Badai – setelah gumuk yang landai- adalah rumah keberanian bagimu. Hidupmu adalah lautan, Tuan. Tuna dan bawal, hiu dan kerapu simpang aral yang bertumpu-tumpu. Adalah harum tanah dan suara burung penanda musim yang selalu kau kurung di antara jemari dan kemudi. 2008

Bersepeda Sehabis Hujan

Langit abu-abu kosong, jalanan juga lapangan bulutangkis rindu tawa dan tangis kanak-kanak Tapi dia ingin berkayuh ke arah ujung pelangi Dengan akhir tetes gerimis di rumpun melati, dia bergegas membuat lingkaran jejak seperti angka delapan Langit masih abu-abu ketika pecah keluhmu "Aku haus. Bolehkah singgah ke warung?" 2008

Disney Channel

: marvel serafino Semoga rahasia kita - semacam rasa yang kita peram bersama - tersembunyi dalam putaran komidi hingga mereka hanya bisa menerka tawa dan airmata karena sekali-kali kita berlaku seperti Mickey dan Minnie : kau tertawa geli, dan aku tersenyum berseri-seri. Mata kita, selalu berkaca-kaca serupa batas antara pemirsa dan televisi. Ada angan-angan dan perasaan bersinggungan di remang ruang keluarga. Membelai punggung kekasih atau memijat lelah di kaki dan sesekali mencomot sekeping roti. Apakah jeda iklan membuat kita mampu bertahan selama ini? Ah, mengapa ketololan digambarkan bagai Goofy yang berlari? Aku di sini masih mengeja serapah lidah dan kau hanya bisa terperangah : bagaimana bisa kepalsuan demikian indah? 2008

Hadiah Ulang Tahun

Minggu lalu, saya mendapat hadiah ulang tahun berupa puisi dari Johannes Sugianto atau yang lebih dikenal sebagai blue4gie. Kata-kata dalam puisi ini saya kira banyak diambil dari percakapan saya dengan dia pada waktu berlebaran di rumahnya. Tentang obsesi (atau passion ya sebetulnya) untuk bisa melukis kembali. Sesuatu yang sudah lama saya tinggalkan. Saya dulu lebih menyukai lukisan, dan melukis. Dalam hidup saya, setidaknya 2 kali lomba lukis telah berhasil saya juarai dan hadiahnya bisa untuk biaya masuk ke sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di Tegal. Ada sebuah lukisan ukuran kecil yang dibuat dari kanvas karung terigu bekas bergambar Bima yang tengah bergelut dengan naga / Episode Dewa Ruci di ruang tamu rumah saya di Tegal. Di Asrama Mahasiswa IPB dulu saya cuma sempat membuat satu buah potrait ayah dan ibu seorang teman di Bandung, dan sebuah lukisan abstrak yang saya beri judul Malaikat Api. Sebuah celana jeans belel pernah saya lukis sosok ular naga melingkar ...

Payung

Jika dia mendung maka aku adalah cermin di langit cekung Serupa payung, kukembang sendiri catatan bayang-bayang Sisi gelapku adalah cahaya dan tubuhmu sebagai penanda Apa jadi jika tak ada matahari? Jika dia sungai andaikan saja sebatang perahu, sebatang saja... Supaya di tubuhnya terjangkau segala ranting bakau dan pucuk enau Yang basah hanya lidah berkecap tiada sudah Apa jadi jika aku tak bersaksi? 2008

Narsis ...

Image
Seorang Narcisus bisa dikatakan seorang yang tergila-gila pada bayangannya sendiri. Sehingga dia tidak mengindahkan orang lain. Lewat kaca air di sebuah sungai dia menyadari akan "kecantikan" dirinya. Namun, kali ini saya hanya ingin mempromosikan buku saya - tepatnya bertiga bersama Maulana Achmad dan Inez Dikara - yang sudah terbit Mei 2008 lalu (meskipun baru terima bulan Agustus, hingga salah menulis bulan cetak di promo terdahulu). Buku ini, Sepasang Sepatu Sendiri Dalam Hujan, mendapat kehormatan untuk bertarung bersama buku-buku lain seperti : Otobiografi - Saut Situmorang (mengundurkan diri), Pandora - Oka Rusmini,Teman-Temanku Dari Atap Bahasa - Afrizal Malna, Atau Ngit Cari Agar - SCB, Aku Hendak Pindah Rumah - M. Aan Mansyur, Demonstran Sexy - Binhad Nurrohmat, Jantung Lebah Ratu - Nirwan Dewanto, Orgasmaya - Hasan Aspahani, dan Sajak-Sajak Menjelang Tidur - Wendoko dalam kancah Khatulistiwa Literary Award 2008 . Sebagai salah satu penulisnya, saya bisa berbangg...

Undangan Reboan ke 7

Image

Sehabis Sakit

Pada genangan air, kusaksikan kelahiranmu sebagai yang tahir dari sisa-sisa banjir, hanya petir dabak dan gigir langit retak sebelum kausangka sepasang laki-bini itu bercerita seperti seorang nabi; Dulu, pernah sebatang bahtera hanyut disesap bumi yang keriput, dan tangan-tangan kami tengadah meminta sejumlah tanda yang tak ingin diingkari sepanjang masa Padahal pada seorang bayi seperti engkau, diseberangkanlah janji-janji kami. Seperti kumpulan teritip di bawah lambung kapal, kami selalu limbung oleh hal-hal yang tak pernah kami kutip dari kitab-kitab itu Dan hanya pada genangan air, kami berpikir ada yang akan selalu hadir. Mengetuk setiap pintu yang tertutup, menyapa kami di tiap tingkap dan cungkup. Seperti rasa lega yang mengada sehabis sakit di bagian dada Pada genangan air, kami pun lahir untuk menjalani kutuk dan takdir 2008

Kencan Pertama

Dengan seikat kembang, nyanyian yang sering terngiang dari hijau padang, kutunggu kau hingga malam dan bulan tenang berdiang pada nyala lilin dua batang; satu untukmu, dan yang satu kusimpan cahayanya dalam dada Ini meja begitu setia, ada tiga kuntum anggrek ngelangut membayangkan lebat pepohonan hutan dan sambat hujan, mereka yang kelak sepertiku menungguimu di puncak sunyi Oleh keyakinan akan kautepati sebuah janji, aku jadi diri yang tak sepenuhnya merajai, menimbang kata pertama untuk menyapa atau mencoba sebuah senyuman yang tampak meyakinkan, agar kata-kata selanjutnya adalah hari yang akan diingat seumur hidup kita 2008

Piano

Karena yang paling resah bagiku, adalah seorang ibu berlagu; “Anakku, Anakku…” Maka pada titi pertama, ke tiga, dan ke lima, kupatahkan juga segala rungu di telingamu Dan jika rahim purba Kuba mengubur irama Montuno, biar barang semenit kau kait jarijari Nick Mamahit hingga yang pecah di dadaku tinggal denting yang tertuju ke pepuncak Salahutu 2008

Nisan

Sepanjang tidurmu, kukalungkan mimpi serangkai melati. Sejumput dupa serupa doa dan harapan pada rasa mengingin abadi Sedang waktu terus meminta diri, membujuk segala yang tetap dan separuh pucat bulan penuh ratap Di bujur kenangan, seseorang membasuh wajah, kaki, dan tangan usai menulis sejelas pesan; pergilah, menepi 2008

Sekeping Uang Logam (versi baru)

Kau genggam juga sebuah doa yang bisu di dadamu supaya tak ada yang lebih dekat daripada ceruk kecil di depan katedral karena kenangan terlalu tersengal mengejar langkahmu Kutahu, kita pernah menggelinding seperti sekeping uang logam yang jatuh ke dasarnya hingga ke pikuk pekan raya, di mana hiruk pukau cahaya membawa kita pada nestapa yang kini tak juga reda 2008

Litani Musim Semi

Di padang itu, kau lah pokok jati, sedang aku gembala dengan seruling di tangan Pada bius angin, hibur gerimis, dan derai dedaunan jatuh kau bangun tubuhmu; kubah-kubah dan menara Seperti rahim ibu, kau lingkupi aku hingga tak perlu lagi persemayaman itu Nun di telaga, sekawanan angsa adalah tanda betapa kita selalu bahagia Hanya matahari yang iri pada bayang-bayang seorang ibu di atas koloni jamur kayu 2008

Suatu Sore di TIM bersama Jokpin & Eka

Pukul 10 di Jumat (10/10/08) pagi, sebuah sms datang dari Joko Pinurbo . Isinya ajakan ngopi di sore hari. Jokpin datang ke Jakarta dalam rangka undangan dari Goethe Institut untuk tampil dalam "Narrating The Body" bersama penyair India " Tishani Doshi" Sabtu 11 Oktober 2008 pukul 16.00 WIB. Singkat kata, kami pun bertemu jumat sore itu di warung soto Lamongan di TIM. Rupanya Jokpin tidak sendirian. Dia bersama dengan Eka Kurniawan . Mereka baru selesai makan. Obrolan pun dimulai dengan pertanyaan Jokpin tentang launching buku "Sepasang Sepatu Sendiri Dalam Hujan" kumpulan puisiku, pakcik Achmad , dan Inez Dikara , yang aku jawab bahwa "yang penting sudah ada di toko buku Gramedia." Lalu kita bertiga sore itu mulai menyoroti award seperti KLA , Pena Kencana , dan Freedom Institute/Bakrie Award, bagi para sastrawan. Intinya, award-award untuk sastrawan itu perlu dan dibutuhkan dengan berbagai format dan kriteria yang berbeda-beda. Bisa saja nanti ...

Potret Diri

Yang kauingin; sekulum senyum itu karar bagai akar dadap di antara pasir pantai di mana sepasang gelodok mencuri binar pagi, lalu menyelam penuh damai. Dari balik kaca, ada mata ke tiga yang nampak menjelaga di antara kuning-jingga cakrawala, yang entah ke mana pandang, ke sana juga sebuah sajak bisa kaubaca. Walau seluruhnya telah bisu seperti sepotong doa dalam dada, ada yang terkatakan selalu. Duhai, kita yang beradu dalam ruang antara, mestinya dingin musim hanya ada di dinding sebentang. 2008

Terjemahan Inggris Sajakku "Masih"

Seorang teman, Milla menterjemahkan sajakku yang berjudul Masih ke dalam bahasa Inggris. Sajak "Masih" ini merupakan salah satu dari beberapa sajak yang saya ambil dari imaji-imaji alkitab. Terlebih saya memang menyukai imaji-imaji tersebut untuk membuat sajak cinta. Inilah terjemahan karya Milla still because i still remember hurt, moan, and every second that shapes the memory of you you still and will always be the secret in owl wings when silence crawling to the city nook as when garden flowers and old hill lit by every torch at the first kiss you are still gleaming luminously before the first dew fall, the earliest sign of broken morning terimakasih Milla ...