Becermin di Pagi Hari

Tanpamu, sajak serpih perak.
Uban yang tumbuh untuk dicabut
atau disembunyikan dengan zat asing.

Tapi cermin menyebut kerut, sel kulit mati,
juga gelambir pada pipi. Kau bagai masa lalu
yang usang, yang tak sanggup membarui
apak bau kenangan.

Dunia tak berubah. Sajak yang dibangun
dengan kata indah. Kilat cahaya di sudut
jendela. Matamu, muara yang memandang
dengan warna muram segala yang mengalir.
Tapi cermin juga menyentuhkan harapan,
sedikit rona sepucat bedak, tapi lebih pekat
dari ulas alis mata. Kau masa depan
bagi perasaan-perasaan pagi hari ini.
Denganmu, sajak sejenak gelap.
Pikiran yang tumbuh untuk dicatut
dan dibunyikan dengan cara yang lain.
2014

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung