Marilah Kekasih, Kita Bicara



Marilah Kekasih, Kita Bicara

Seperti cerobong asap yang mencerminkan
ada yang sedang diproduksi secara otomatis,
dan setiap 1 Mei, buruh tetap berdemonstrasi.

Kita bicara seolah pada gedung mahkamah
peraturan-peraturan penting sedang didebat
dan wakil rakyat mencatat angka-angka inflasi.

Marilah Kekasih, kita berdiskusi; seni hanya
kotak warna-warni, atau dua patung marmar tinggi?
Sedang cinta hanya bayang-bayang di sudut kiri.

Atau, kita bisa saja berdiam diri. Duduk di atas
bangku berwarna biru, dan membelakangi;
pabrik, gedung pemerintahan, juga langit yang
mendung. Seolah di piaza ini, percakapan

telah lama didominasi oleh kekakuan
harga diri yang telah gawal sejak
sajak ini dituliskan.

2014

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung