Analogi Sungai




“Lenyapkan aku, habiskan aku dalam hausmu.”
                  Joko Pinurbo

1/
Aku tahu, kau tak akan berhenti
di bawah bayang jembatan besi. Di antara
batuan padas, rumpun bambu, dan kesepian

yang tak habis diperbincangkan ini.
Kau terus mengalirkan luka – dan sejenisnya
untuk diteruskan sampai habis peradaban.

Aku tahu, di situ hatiku bukanlah batu.
Yang lama-lama tergerus dan kausangsikan
mampu bertahan.Tak ada permisalan sempurna

kecuali sebaris lirik lagu lama – dendang melayu;
“Anak punai, anak merbah, terbang turun buat sarang.
Anak sungai pun berubah, ini pula hati orang.”

2/
Aku sungai, kau pun itu.
Kita saling menggelorakan harapan.
Tak penting sesiapa lebih dulu
berniat menghanyutkan.

Di antara batuan padas, rumpun bambu, dan
kesepian yang tak habis diperbincangkan,

aku beroleh bayang-bayang jembatan besi.
Dan kau mendapatkan kembali

kenangan yang urung terlarung.

3/
Seperti Gangga, Tigris, dan Musi
setiap sungai punya cerita derita sendiri.
Dari tangannya, sejarah dicuri
dan harapan dijarah tanpa henti.

Dari matanya, kita dipertemukan
dengan kekeruhan dalam diri. Dan
berulangkali, seperti bebatuan padas,
ada yang mesti diungkapkan keras-keras.

2015

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung