Upaya Menerjemahkan Ratapan



“Aku seperti waktu, karunia itu.”
       Goenawan Mohamad

1/
Doa, mungkin, bersayap gelap
seperti burung. Dan di kepaknya
yang dingin, aku tak lagi diinginkan.

Dan tembok itu sudah menghadiahkan ratap
yang murung. Di setiap batunya,
terselip tangismu yang tertata serupa gurindam;

“Apa dayaku, duhai Tuan, selain menyesal,
hanya waktu, kuminta demikian, selesai menyoal.”

2/
Aku datang dengan harapan, di setiap
suara – yang tampias dari hujan – masih ada
atap, kamar atau lantai untuk memanggungkan.

“Datanglah segera, Tuan, membasuh duka ini,
sebab hamba, O Tuan, tak sanggup berduli lagi.”

3/
Sementara di sini, di sebelah utara dini hari,
dua tangan ditangkupkan. Lalu perlahan seluruh
penduduk kota menjadi benci pada suara ayam jantan.

2015

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun