Tentang Penebusan


 Aku sering bayangkan, nabi muda itu
terkejut di gerbang pasar. Melihat hidup
bergerak dari proses tawar menawar.

Sedang sang perempuan, ibu tiga anak itu,
sinar matanya mulai redup.
Tubuhnya tinggal timbangan: dua dinar,

dua setengah, tiga dinar, dan seterusnya.

Hosea telah menukar kebahagiaan dengan
rasa kecewa sesungguhnya. Tanah dan kaum
gembalaannya adalah alat meraba cinta.

Perempuan itu: perumpamaan sempurna akan
kesetiaan, dalihnya. Tapi dia maklum
jika dan hanya jika takdir lebih berkuasa.

Lalu di mana cinta berada, Duhai Tuan?
Perempuan itu telah melahirkan kesedihan.
Dari rambut sampai mata kakinya kesia-siaan.

Sementara itu, setelah saudagar budak
mendapatkan kehendak, perempuan itu
terisak, "Jika adegan ini tak pernah ada,
kau tak bisa membayangkan sebentuk cinta."

Hosea, yang telah menyerahkan dirinya
kepada cinta, berkata,"Penebusan
ini untuk mengikat diri. Kita tak pernah
benar-benar bisa dibebaskan."

2015

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung