Seri Puisi: Kau Kuasai Kanvasku

Exquisite Corpse #4


Malam putih dengan rembulan merah.
Pucuk-pucuk pinus seperti tergantung
dan tak ingin ditegakkan lagi.
Dalam kabut hanya ada doa
mengambang seperti tangga gerimis.
Kau rapatkan mantel dan mendekat
ke altar kapel. Seolah dunia hanya
bayangan yang jatuh tersimpuh di lorongnya.
Kau buru bara kesepian itu dengan janjinya
: Percayalah pada terang itu...
Tapi malam makin putih
dan rembulan merah tegak
di atas pucuk-pucuk pinus
yang tergantung, dan doa berkabut.
Hanya kau dengar kata 'amin'
mengamankan kesepian itu
lekat di leher mantelmu
yang kau katupkan rapat-rapat.
Di luar kapel, gerimis kian pekat.
2016

Exquisite Corpse #4


White night with a red moon.
Tops of the pine seems hanging
and didn't want to erected again.
There's in the fog a prayer

floating like a ladder of drizzle.

You close the overcoat and approach
to the chapel's altar. Like the world only
a shadow that fell and knell in the aisle.

You rush the embers of the loneliness with his promise
: believe in the light...

But night becomes more white
and the red moon vertically
above the tops of the hanging pine,
and prayer foggy.

There's an 'amen' you've heard
for a loneliness secured

and attached at the collar of your overcoat
that you've tightly closed.

Because outside the chapel,
drizzle increasingly concentrated.

2016

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung