Lucid Dream


Mari menyusun pelarian, katanya.
Kau segera melupakan hijau pada
danau, putih cahaya, dan sebuah
dunia.

Dia ingin menggamitmu, begitu
pikiranmu. Segera kau buka pelukan,
dan menyiapkan kehangatan segar
baginya.

Dia berdiri dan berlari di sisimu.
Tak menjauh, tak mendekat.
Sama-sama menuju kerisauan.

Kau mengikuti tanpa henti.
Melebarkan jarak dan kenangan.
Meliarkan harapan akan masa depan.

Mari menuruti kehampaan pikiran,
ajaknya. Kau setuju. Segera kau
serahkan seluruh badan.

Dan di permukaan danau,
kisah paling resah dipalungkan
agar yang jernih bisa dibawa pulang.

2016

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun