Bunga Mangga

Tak sekali pun bunga mangga digugurkan angin. Mereka hanya melompat dari pucuk pohon ke pangkuan bumi. Tak ada kesedihan di sana. Seperti aku yang tak tergiur kesedihan, kulahirkan sajak ini dengan penuh sukacita. Seperti ibu yang melewati sakit melahirkan, seperti teriakan bocah lelaki sehabis dikhitan.

Tak sekali pun sajak ini mencatat tentang engkau. Sajak ini mencatatkan tubuh mungilnya di sudut subuh yang tak terpanggil oleh menara-menara masjid. Sebab engkau selalu tak terjangkau, dan aku terlalu kecil, terlalu terpencil, terlalu degil. Dalam sajak ini, kubiarkan engkau berlompatan sendiri seperti bunga-bunga mangga. Aku tak akan mencoba menangkapnya.

Seperti pintu pagar, di sajak ini aku selalu punya celah menderitkan sebuah kelit, mengalihkan seribu rasa sakit ke satu cerita yang sulit kaujangkau. Sebab aku hanya menulis sedikit demi sedikit. Seperti membiarkan angin, sebagai mana sakit, menerobos di antara pepohonan dan menjelmakan bunga-bunga mangga ke atas tanah basah, jadi semacam pintu kecil untuk mengintip perubahan musim.

Musim kini semakin asing. Seperti engkau dan kesedihanmu, juga aku dan bunga mangga. Tak menyapa sesiapa di luar pagar.

2008

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun