Mata Materai

Aku tahu kau inginkan sebuah ikatan.
Semacam perjanjian yang disepakati bersama.

Padahal tanpa kutulis, tubuhmu menderas di darahku.
Dan kau manfaatkan setiap langkahku sebagai sepatu
di jalan-jalanmu yang berliku.

Tetapi kau mau begitu,
mengedepankan ikatan seperti pencatatan sumpah
bahwa aku tidak akan pernah
meninggalkanmu.

Padahal tanpa bersumpah, adalah aroma tubuhmu
yang menguar dari celah bibirku.
Dan kau selalu meminta aku berucap pada setiap kesepianku,
pada luka-luka hidupku, dan pada tawa yang lepas
setelah perjalanan yang begitu luas.

Lalu di kedua mataku, kau sematkan materai.
Agar apa yang kusaksikan dapat kau saksikan juga.

Tapi mungkin kau lupa, ada kalanya aku tertidur.
Berlatih mematikan hidup, sebelum mimpi yang panjang.
Akankah kau meminta aku berjanji atas mimpi-mimpi?

2008

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung