Aku Bayangkan Kau Tersenyum

Kabar kedatanganmu sudah kuterima. Pintu pagar
dari pagi sudah kubuka lebar. Meja di beranda kuberi
taplak warna ungu. Kesukaanmu, bukan? Ada mawar
dirangkum di jambangan putih. Dan kuduga matahari pun iri
menyaksikan bahwa kegembiraan ini begitu berwarna, bahkan
nanti saat kita tertawa. Ah! Gingsulmu itu masih ada dan belum
dioperasi? Aku ingat kalau kau tak pernah berusaha menyimpan
rahasia, sama seperti aku. Sehingga kita sama-sama maklum
betapa pun jarak dan kenyataan membuat semua berbeda
dan mengalami waktunya sendiri, tapi kita masih seperti teruna
yang lugu. Seperti waktu pertama kali kita coba makan papeda,
kau coba pakai sendok & garpu, aku tak tahu harus bagaimana
mengambilnya dan menuangkan ke piring itu. Aku terus bayangkan
kau akan tersenyum, bila kuungkit-ungkit apa yang aku kenangkan.

2012

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung