Di Pelipis Pisau Itu


Cinta itu tahan menderita? Ya, sampai asap tipis dari dupa
hilang sebelum mencapai langit-langit wihara dan dengung
doa seolah meraung di telingamu sendiri. Sampai kau lupa
ada foto-foto tua di atas meja, di bawah tiga rupang disusun
menjulang, yang kepadanya kau merasa begitu tak berharga,
lalu bertepuk tiga kali sebelum menjura. Memejamkan mata
sambil membayangkan seseorang tersenyum begitu bahagia,
meski kau tak sedang bersamanya. "Tak mengapa" -  Ia berkata.
Seolah jarak bukan lagi jerat, bukan sebuah sekat yang membuat
kita merasa semakin asing dan sepi. Tersisih dari riuh kata-kata rindu,
dan terpilih sebagai anak-anak piatu. Walaupun aku tahu, kau sempat
merasa jauh hingga kau mulai merintih, berseru - atau mengaduh?
Seperti merasakan sakit yang belum juga mau sembuh.
Dan selintas kaulihat - di pelipis pisau itu, belum tumbuh benih peluh.

2012

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung