Kadal

Gelap lengkap. Tombak
disandarkan ke palang kayu itu.

Tak ada lagi petarung.
Di gelanggang, tinggal sepi.

Seekor kadal masuk ke air.
Di mulutnya, sayap lalat

ditelan semua. Bagaimana bisa
memadamkan dendam?

Seseorang entah berkata,
entah mengerang.

Luka masih basah.
Di tanah, ada darah.

Menetes dari sepi.
Menetas jadi api.

Tapi gelap lebih dulu
menyekapnya. Sebelum

tombak siap diayun kembali,
sebelum para petarung

turun ke gelanggang.
Seekor kadal sembunyi.

Di mulutnya, pertarungan
sudah lama selesai. Tak ada

lagi dendam, hanya lidah
menjulur pelan. Seperti

mencibiri matahari.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun