Posts

Showing posts from October, 2013

Merpati

1/ Remah roti di paruhmu, pada siapa akan kaubagi? 2/ Dulu, seorang memecah roti dan berkata, ”Inilah tubuhku. Jadikanlah peringatan akan aku.” Tapi di piazza Santo Markus, aku malah teringat sederetan merpati   dalam lukisan Ilya Zomb. Yang memegang benang dengan paruh, dan sebuah pir di ujungnya. Padahal, gadis itu seperti tertidur seperti tak henti menekur perkara tragis dalam hidup dan semenit tadi berkata, ”Biarlah. Aku tak akan lagi menangis.” 3/ Lalu langit redup.   Pilar, bangunan, dan tubuh hilang bayang Di sebelah barat dari fasad basilika, ada yang mengambil waktu berdoa, mengulur rosario dan mengucap salam Maria Lagi, kuingat gadis yang tertidur dalam lukisan itu. Mungkin, dia telah lelah memanggil nama Tuhannya. 4/ Seekor merpati hinggap di tugu Santo Theodore Mengepak sayap sekali lalu terdiam seperti aku yang diingatkan sebuah kekuatiran dalam perumpamaan, ”Bukankah engkau lebih bernilai dari seekor burung?” Langit makin me...

Payung

Kesetiaan itu sederhana, katamu, Payung yang sedia dikembangkan ketika gadis itu hendak menyeberang, di dalam gerimis. Dan kau tak menangis. Tak perlu bersedih ketika hujan seumpama logam yang dijatuhkan begitu pelan dan teramat tragis. Sebab kesetiaan itu dunia tak pernah tidur, malam dan lampu yang saling mengingatkan barangkali di depan tembok sebuah gang, seorang gadis berpisah dengan seorang penyair setelah berbincang tentang cinta dan negeri yang penuh basa-basi. Tapi, aku memahami kesetiaan seperti slogan di papan iklan, payung yang tak jadi kembang, serta hujan yang menggigil sendirian di jalan. Dan gadis itu tak peduli lagi pada hujan, pada penyair itu, dan ceritanya yang membual-bual seperti air di selokan. 2013

Mata Kapak

Kaukah itu mata kapak yang diapungkan Elia? Seseorang seperti aku berseru,"Itu satu-satunya barang berhargaku! Itu pun pinjaman." Hidup memang perkara mencari dan menemu apa yang tak bisa dimiliki selamanya Karena itu aku mencari ketajaman, kehendak paling kejam Agar tertebas keinginan lain dan yang dingin seperti beku waktu dan kebodohan mengingin sepenuhmu Agar roboh juga pokok doa ceroboh, Doa yang tergesa seperti angin, dan menderu tubuh-tubuh yang ragu. Kau kah itu mata kapak yang diapungkan Elia? Aku sungai bertebing landai Harapan akan kesia-siaan dan tak lagi pandai mencari celah untuk memandang wajahmu Mungkin, arusku tak cukup deras mendaraskan kata-katamu. dan apa yang kuhanyutkan selalu kembali jadi beban yang bergayut di hatiku Maka aku mencarimu Mata kapak itu Yang tajam dan berharga. Jangan majal, mata kapakku Hidup ini bukit terjal dan berliku Pendakian pada puncak ragu Ingin menerabas atau berlalu. Jangan gompal, mat...

Menerjemahkan secara Bebas Annus Mirabilis

Philip Larkin Annus Mirabilis Sexual intercourse began In nineteen sixty-three (which was rather late for me) - Between the end of the Chatterley ban And the Beatles’ first LP. Up to then there’d only been A sort of bargaining, A wrangle for the ring, A shame that started at sixteen And spread to everything. Then all at once the quarrel sank: Everyone felt the same, And every life became A brilliant breaking of the bank, A quite unlosable game. So life was never better than In nineteen sixty-three (Though just too late for me) - Between the end of the Chatterley ban And the Beatles’ first LP. Tahun Keajaiban Di tahun 1963, antara akhir pelarangan novel DH. Lawrence dan peluncuran perdana piringan hitam The Beatles, persenggamaan bebas mulai sering dilakukan (rasanya percuma, karena bagiku, itu sedikit terlalu lama ). Di sekitar itu, yang terjadi hanyalah semacam menawar dan mengalah, berdebat soal menikah, menjelang malam, ada pipi bersemu merah, e...

Membuat Onde-onde Cina

Jika kau suka pedas, buatlah kuah dengan jahe dan gula merah. Bisa juga kau tambahkan pandan. Ini semacam pesan tentang umur dan kehidupan. Selebihnya, akal-akalan tentang letak matahari di langit utara yang dingin. Apalagi jika kau suka dengan kemeriahan, pada adonan tambahkan pewarna makanan. Lima menit adalah waktu menguleni. Membulat-bulatkan dengan telaten sekali. Cukup masukkan dalam air panas. Sebab hidup seperti memasak, membuat masalah jadi jenak. Tenang tanpa riak. Dan karena akal-akalan, makanlah sesuai umurmu. Jangan lupa tambahkan satu lagi. Semisal menghitung bahwa hidup masih berlanjut, dan waktu masih berdenyut. 2013

Persiapan Mendaki Gunung

Jangan lupa bawa selalu tas jinjing, dan jadilah penurut seperti Huang Jing Bawa serta juga yang merah dan putih, agar lukamu tak parah, juga cepat pulih Ini bukan mantra sihir, bukan pula nujum mutakhir, tapi minumlah anggur bunga krisan, dan mulai lakukan pendakian Karena bahaya dari gunung tak mungkin terbendung, hanya melanda orang-orang bingung Ini pesan Fei Chang Fang, Tuan Baiknya aku sampaikan, bukan? Sebab di hari ke sembilan bulan ke sembilan, terusirlah roh jahat dan kemalangan 2013

Menyaksikan Begitu Merah dan Meriah Daun Mapel di Tepi Hutan di Benxi

Jika di kotamu hanya tumbuh cemburu, berjalanlah mendaki tepi hutan di Benxi. Lupakan seseorang yang semalaman tugur, mengingat sajak Li Bai tentang bayangan diri yang diciptakan bulan di musim gugur. Tentu, bukan karena kau seorang penyendiri yang iseng berpuisi tentang daun mapel itu. Dan lihat! Betapa parah hati dimeriahkan sepi seolah di tepian hutan di Benxi di musim gugur ini, ada yang lebih merah dari daun mapel dan kini semakin merah seperti pipi peminum anggur dalam sajak Li Bai itu. Seperti mata yang perih karena semalaman kurang tidur menanti satu hari pergi atau mati di kotamu yang ditumbuhi cemburu, yang begitu ingin kau lupakan ini, meski hanya untuk menyaksikan begitu merah dan meriah daun mapel di tepi hutan di Benxi. 2013

Menjelang Melaut

Perhatikanlah Mazu, ikan-ikan Dewi para pelaut datang dari Selatan Semua yang takut telah pergi ke Putian dan berdoa 23 hari lamanya Perhatikanlah para nelayan, ikan-ikan Mereka yang datang ke lautan Berharap sepenuh keberanian, bukan lagi kepada Maharaja Kangxi Bukan juga pada janji-janji keselamatan Ini bulan ke tiga, bakarlah hio-mu, asapi udara Perhatikanlah aku, tuan-tuan Ini bukan janji seorang penakut Tapi dalam hati, badai ini gemuruh sendiri Menjelang melaut, siapa sempat memikirkan maut? 2013

Arti Menunggu

Pohon waktu yang bertubuh padamu Tumbuh di atas karang bisu Di antara pukul sembilan dan sejumlah kursi di taman Matahari memainkan benang-benang suara, harpa dan bunga yang layu. Kau mendengar seseorang mengerang? Cabang dengan daun-daun dimainkan angin Lapang pelukan yang penuh rasa ingin menjangkaumu Di mana aku? Di mana aku? Aku telah jatuh sebelum kunaiki karang itu Sebelum matahari bersembunyi mencapai nada tertinggi Bunga layu di atas kursi taman, tepat pukul sembilan Dan kudengar daun-daun ditabuh angin di langit beku Di anganmu tentang seseorang seperti aku 2013

Dari Mong Kok sampai Tseung Kwan O

Tak ada yang bilang, kereta di sini melayani sampai jam 1 malam. Semua mengingatkan agar pulang jangan lebih dari jam 12 malam. Maka jam 11, aku bergegas. Sambil mengingat nanti di stasiun Tiu Keng Leng, harus berganti kereta jalur ungu yang menuju Tseung Kwan O. Ada juga yang harus diingat - tiket kereta - jangan sampai hilang. Hanya kulihat sepasang remaja berdiri dekat pintu kereta, berpelukan. Mungkin juga berciuman, tapi siapa peduli? Jam begini semua lelah dan mengantuk. Sesekali mengalihkan pandangan ke papan elektronik tanda stasiun yang telah dilalui dan di mana lagi kereta akan berhenti. Tapi perjalanan hidup tentu selalu berdenyut. Seperti cinta sepasang remaja yang meletup-letup. Di Diamond Hill, sepasang kekasih beda bangsa masuk kereta. Yang lelaki Kaukasian, yang perempuan jelas Cina. Mungkin baru kencan usai kerja. Tapi di Kwun Tong, mereka berpisah. Si Kaukasian meninggalkan Si Cina. Dan kudengar seorang berkata,"Kok tidak diantar sampai ...

Belajar Anak Naga di Toko Batu Giok

Kalian mengajarkan beda batu giok asli dengan yang palsu dari denting, warna, dan cahaya. Aku senang sekali, tapi kalian juga ajarkan tentang anak naga, bertubuh kuda, kaki singa, ekor macan tutul. Aku tak bisa merasa bahagia, karena mereka sepasang, kanan dan kiri, laki-bini, dan lapar akan uang, hingga seorang kaya harus punya sebagai koleksi. Belum lagi, batu fosfor harus punya juga supaya segala masalah bisa diredam dan penyakit tak bisa menyerang, dan jika ukurannya besar, harganya tinggi, dan sebaiknya diletakkan pada sebuah meja di tempat usaha, atau di ruang tamu, jadi aku bertanya pada kalian semua apakah bahagia selalu diukur dengan uang, harta, termasuk batu mulia? 2013

Perusahaan Obat Negara di Shenzhen

"Kami biasa membagi dua semua bagian badan. Yin dan Yang. Laki - perempuan. Pemasukan dan pengeluaran. Dan sakit  adalah ketidakseimbangan," Begitulah seorang tua bergelar profesor ilmu pengobatan Asia Timur, bertutur atau menghibur, sebab di Perusahaan Obat Negara di Shenzhen ini, ada semacam sulap. Besi membara disentuhkan tangan. Tangan dioles salep dan sembuh seketika. "Kami mencari tumbuhan terbaik agar fungsi alat tubuh jadi sempurna. Cina adalah kebijakan alam untuk menyembuhkan dunia. Barat, mengobati tapi merusak ginjal dan hati." Maka aku dibawa masuk ke kamar untuk diperiksa. Dua atau tiga orang sekaligus. Seorang gadis manis bertindak sebagai penerjemah: Bapak lesu dan lemah. Ibu kurang semangat. Ada lebih kolesterol. Tak ada stetoskop, hanya dua lembar tangan diperiksa bergantian. Di akhir pemeriksaan, mereka menawarkan pengobatan. Cukup tuliskan nama saja. Sebab latin dan hanzi berbeda. "Obat yang kami beri, kualita...

Seusai Badai di Causeway Bay

Setengah jam dari Kowloon East, langit masih gerimis. "Badai sudah sampai di Daratan," Begitu tajuk koran, tapi di Causeway Bay orang tak peduli itu lagi. Di sebuah pasar dengan deretan kios penjual suvenir, piyama, dan kaos, aku menawar tas belanja,"Seratus sepuluh, lima?" Si penjual memencet kalkulator - 115. Kadang, cinta tak peduli beda bahasa. Bahkan tak peduli juga jarak antar negara, "Ibu saya baru datang dari Jakarta." Seorang perempuan muda berkata. "Dia kerja di Konsulat. Sudah lama tak berjumpa." Sahut Sang Ibu, bangga. Sekitar pukul tiga, aku masuk gerai Ikea. Tentu saja, tak akan kubeli selembar meja. Di rak boneka, kutemukan kata Indonesia lebih banyak dari Swedia. Bangga? Mungkin saja. Sebab di seberang jalan, di Taman Victoria ada lebih banyak orang Indonesia. Di sana, kami duduk melepas lelah. Bertukar tanya; "Apa kata keluarga di Pulau Jawa tentang badai yang kemarin melanda?" Diam-diam, aku...

Restoran Jumbo, Aberdeen

" Negeri ini dinamakan dari kampung nelayan, oleh pelaut yang dungu, " Begitu kata pemandu saat feri kecil menyeberangi teluk. Tapi siapa ingin percaya? Aku, ombak yang terus bergerak. Dan sejarah adalah pantai yang dikepung puluhan kapal pesiar. " Di sini, nasi disajikan belakangan. Dan sayuran adalah barang mewah, "katanya lagi, begitu feri bersandar di restoran di tengah teluk. Ada sepasang naga besar melingkar di pilar. Kulihat tak ada bintang, kalah terang daripada sinar bangunan di sekitar. Maka kami mengelilingi nasi, ayam hainan, udang rebus, dan aneka sayuran. "Ayo. Berfoto dulu! Restoran ini sudah terkenal dari dulu. Rasanya memang biasa, tapi melewatkan makan di sini tak semua orang mau." Langit dan laut seperti kompak, meredupkan diri, pada sejarah yang perlahan dibangkitkan rasa lapar. Ah. Sejarah dan kebanggaan memang tak sepadan. Begitu pula rasa lapar yang dungu, tak malu untuk memuaskan diri, menumpaskan segala ya...

Suatu Malam di Ladies Market

Aku tak pandai menawar, tapi di sepanjang jalan ini semua orang berdagang, "Uang. Uang. Uang!" Di kedai dekat perempatan, aku membeli minuman, dua puluh lima dolar, tak lebih tak kurang. Betapa perhitungan adalah menaksir dan menimbang. Menimbun dan membuang. Lalu bagaimana menemukan kesenangan dalam perjalanan? Apakah dengan berbelanja? Seseorang bergegas ke kios penukaran mata uang, dan kembali dengan menenteng barang-barang. "Di sana", katanya, "kaos dan jam tangan sedang diobral!" Senyumnya mengembang. Di perempatan, ada pemuda India dan dua orang nenek Cina berteriak lantang, "Pijat! Pijat! Pijat kaki dan badan!" Di pikiranku, ada yang tiba-tiba meruang : semacam perkiraan, dalam kehidupan perjuangan adalah hal yang tak boleh berkurang. 2013

Terjemahan Bebas Sad Steps - Philip Larkin

Philip Larkin adalah seorang penyair yang saya suka. Ada banyak hal yang saya contoh dari dia semisal kesetiaannya bersanjak. Akan tetapi dia juga imajinatif. Salah satu puisinya yang saya terjemahkan secara bebas kali ini berjudul "Sad Steps" yang menceritakan suatu keadaan di suatu malam setelah medusin. Apakah dia mencekam seperti sajak Frost atau Poe? Rasanya tidak. Makanya saya sajikan untuk Anda. Sad Steps By Philip Larkin Groping back to bed after a piss I part thick curtains, and am startled by  The rapid clouds, the moon’s cleanliness. Four o’clock: wedge-shadowed gardens lie  Under a cavernous, a wind-picked sky.  There’s something laughable about this, The way the moon dashes through clouds that blow  Loosely as cannon-smoke to stand apart  (Stone-coloured light sharpening the roofs below) High and preposterous and separate—  Lozenge of love! Medallion of art! O wolves of memory! Immensements! No, One shivers slightly...

Mata Pagi

Mata pagi mengerjap di cangkir kopi, di antara asap tipis yang mengepul, kudengar ada yang bersiul - senandung kenangan. Mata pagi terbelalak pada tajuk utama surat kabar, di antara kata-kata yang begitu mendesak, kulihat ada yang tertidur - dininabobo kenangan. Dari beranda, mata pagi pergi ke rimbun dedaunan dan pucuk pepohonan. Kulihat dia melirik padaku dengan tajam. Siapa tahu aku tak merasa kehilangan, atau malah tertidur kembali. 2013

Hadiah Hujan

Entah siapa berpesta Hujan datang membawa hadiah Keranjang bayi Musa Entah siapa minta diselamatkan Siapa pula gelisah digelitik mimpi yang antik Seorang perempuan cantik, memungut keranjang bayi itu, lalu pergi. Masuk ke taman mimpiku Taman di mana hujan tumbuh dan berbunga puisi. 2013

Tangan Malam

Kudengar suara menggaruk pintu "Siapa di sana?" Tanyaku Tak ada yang menjawab Segalanya tetap senyap Iseng-iseng, kubuka mata, sekadar waspada - siapa tahu ada kata yang suka menyelinap tanpa permisi ke dalam puisiku Kulihat malam berdiri bebas dekat tiang jemuran Jubahnya melambai, kuku tangannya panjang dan hitam Seperti sedang menunggu sesuatu yang sewaktu-waktu bisa digenggam, dicengkeram, dan dipermainkan semalaman Semisal siaran sepak bola di televisi tetangga 2013

Kolam

Tak ada yang abadi di permukaan kolam, daun yang jatuh atau gesit sirip ikan selalu membuat gelombang, memecah kesunyian. Hanya sulur teratai tegak menyangga bunga, seperti mendongak ke puncak semesta, membuatmu merasa ada yang harus dipertahankan. Seekor katak, duduk diam, di atas daun seperti waktu yang tengah berhitung kau lelah atau limbung menunggu sesuatu yang selembut titik embun, sehalus benang cahaya yang turun dari rimbun daun, atau sekadar kata yang tepat untuk mengutarakan hidup tak mungkin bisa tenang. 2013  

Menerjemahkan Lirik Lagu REM secara Bebas

Lirik aslinya seperti ini: "Losing My Religion" Oh life, it's bigger It's bigger than you And you are not me The lengths that I will go to The distance in your eyes Oh no, I've said too much I've said enough That's me in the corner That's me in the spotlight Losing my religion Trying to keep up with you And I don't know if I can do it Oh no, I've said too much I haven't said enough I thought that I heard you laughing I thought that I heard you sing I think I thought I saw you try Every whisper Of every waking hour I'm choosing my confessions Trying to keep an eye on you Like a hurt, lost and blinded fool, fool Oh no, I've said too much I've said enough Consider this Consider this, the hint of the century Consider this, the slip That brought me to my knees, failed What if all these fantasies come Flailing around Now I've said too much I thought that I heard you laughing I thought that ...