Merpati

1/
Remah roti
di paruhmu,
pada siapa
akan kaubagi?

2/
Dulu, seorang memecah roti dan berkata,
”Inilah tubuhku. Jadikanlah peringatan akan aku.”
Tapi di piazza Santo Markus, aku malah teringat
sederetan merpati  dalam lukisan Ilya Zomb.
Yang memegang benang dengan paruh,
dan sebuah pir di ujungnya.
Padahal, gadis itu seperti tertidur
seperti tak henti menekur perkara tragis
dalam hidup dan semenit tadi berkata,
”Biarlah. Aku tak akan lagi menangis.”

3/
Lalu langit redup.  Pilar, bangunan,
dan tubuh hilang bayang
Di sebelah barat dari fasad basilika,
ada yang mengambil waktu berdoa,
mengulur rosario dan mengucap salam Maria

Lagi, kuingat gadis yang tertidur
dalam lukisan itu. Mungkin, dia telah lelah
memanggil nama Tuhannya.

4/
Seekor merpati hinggap di tugu Santo Theodore
Mengepak sayap sekali lalu terdiam
seperti aku yang diingatkan
sebuah kekuatiran dalam perumpamaan,
”Bukankah engkau lebih bernilai
dari seekor burung?”

Langit makin mendung
Aku memandang ke lepas laguna di seberang piazza
Mengharap cemas di dada cepat reda.
Cemas yang lebih dulu jatuh daripada
remah roti di paruh merpati itu.

5/
Beginilah perumpamaan-perumpaan
tentang merpati yang kudengar berkali-kali,
“Bersetialah seperti merpati.
Merpati selalu kembali ke sarangnya.
Tuluslah seperti merpati, tapi harus cerdik
seperti ular.”

Jadi, kuingat lagi dia yang memecah roti
dan bersyukur memandang langit malam.

6/
Mengapa mendadak,
aku teringat si beludak?

Langit redup
Merpati-merpati berbaris
seperti di lukisan itu,

walau tanpa benang panjang
pada paruh mereka. Sementara

gadis itu telanjang
hanya ditutup bayangan yang
seakan diruntuhkan dari pilar,
bangunan, dan tubuh.

7/
Duhai, merpati yang hinggap di tugu,
yang kau patuk-patuk dengan paruhmu,
serupa doa yang baru saja
kubentuk dengan mulutku.

2013

Comments

Popular posts from this blog

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung

Embun