Percakapan Argometer 4

Kau tak perlu datang lagi, Supir Taksi
apalagi hanya untuk mengantarkan lengan
yang kaucuri, sebab aku justru merasa lebih bebas
: tak lagi menulis puisi, atau sekedar gosok gigi.

Ya. Sudah jelas kita bagian dari jalan, bukan?
Di mana kesibukan adalah ayah yang sangat
ingin menelantarkan inspirasi. Padahal di rahim
ibukata, taksi-taksi berseliweran tanpa kendali.

Jadi buat apa lengan itu kaubawa kembali?
Pergi saja lah, duhai Supir Taksi. Catatan angka
pada argometer itu telah kuingat betul. Sebuah
kombinasi nomor yang ingin kuhubungi sewaktu-waktu.

Pergi lah lenganku. Pergi lah. Bawa juga sajak-sajak
lamaku. Sajak-sajak tentang pepohonan, hujan, dan
anak yang hilang kenangan. Aku tak perlu semua itu,
sebab kini di jantungku tumbuh jemari: pemutar nomor itu, nanti.

2007

Comments

Popular posts from this blog

Kunang kunang

Jendela Bus Kota

Kisah Pantekosta : Antara 2 Judul Film dan 2 Ekor Ayam Kampung