Di Dalam Kebun Anggur-Mu
Di dalam Kebun Anggur-Mu
Di dalam Kebun Anggur-Mu, Aku
sepasang tangan saling genggam.
Juga sepasang lengan yang ingin
melumpuhkan dan melupakan
bagaimana hidup adalah
mengasingkan kekalahan.
Dan sepasang mata yang seolah
dilemparkan jauh melampaui
semak masa lampau dan menyimak
masa depan dengan harapan.
Juga sepasang kaki yang terus
mengalihkan segala yang harus
dikeluhkan: hidup bukanlah padang
datar. Penuh turunan dan tanjakan.
Di dalam Kebun Anggur-Mu, Aku
bibir dan geraham. Rahang yang
tak henti memperkatakan:
yang dipertautkan Tuhan
mana boleh manusia memisahkan.
Maka Aku hitung diriku,
seperti membilang bulir-bulir anggur-Mu:
Kepala, Leher, Pundak, Lengan, Tangan,
Dada, Perut, Lutut, Tungkai, Kaki.
Seutuhnya manusia. Yang kini
berada di dalam Kebun Anggur-Mu ini
sebagai petani.
2014
Di dalam Kebun Anggur-Mu, Aku
sepasang tangan saling genggam.
Juga sepasang lengan yang ingin
melumpuhkan dan melupakan
bagaimana hidup adalah
mengasingkan kekalahan.
Dan sepasang mata yang seolah
dilemparkan jauh melampaui
semak masa lampau dan menyimak
masa depan dengan harapan.
Juga sepasang kaki yang terus
mengalihkan segala yang harus
dikeluhkan: hidup bukanlah padang
datar. Penuh turunan dan tanjakan.
Di dalam Kebun Anggur-Mu, Aku
bibir dan geraham. Rahang yang
tak henti memperkatakan:
yang dipertautkan Tuhan
mana boleh manusia memisahkan.
Maka Aku hitung diriku,
seperti membilang bulir-bulir anggur-Mu:
Kepala, Leher, Pundak, Lengan, Tangan,
Dada, Perut, Lutut, Tungkai, Kaki.
Seutuhnya manusia. Yang kini
berada di dalam Kebun Anggur-Mu ini
sebagai petani.
2014
Comments